Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Susianah Affandy

Profesor Kok Sebar Hoaks

Politik | 2023-10-30 11:11:02
sumber foto : suarasurabaya.net

Penulis adalah Kornas Peta Indonesia dan Wakil Ketua Umum DPP Pencinta Tanah Air Indonesia

Peta Indonesia menerima aduan terkait penyebaran hoaks dilakukan oleh seorang professor atau Guru Besar. Hoaks tersebut berupa broadcast yang isinya tentang scenario pencalonan salah satu Capres dan Cawapres. Bahasa yang digunakan dalam broadcast bersifat provokatif dan hiperbola dengan menyatakan akan ada kegaduhan (kerusuhan sosial) jelang Pemilu 2024. Dalam broadcast yang tersebar luas menyertakan lima link berita online. Namun ironinya, pemberitaan yang dilampirkan tersebut tidak sama dengan isi broadcast.

Kasus Berulang

Cibiran terhadap Guru Besar yang aktif dalam penyebaran hoaks ternyata tidak kali ini saja terjadi. Pada tahun 2018 (setahun jelang Pemilu 2019), Badan Kepegawaian Negara (BKN) menerima aduan soal ASN yang diduga turut menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian di facebook dan twitter. Dari pengaduan yang masuk, terbanyak pelakunya adalah guru besar dan dosen ASN (CNN,8/6 2018).

Menkopolhukam Mahfud MD pernah menyampaikan saat acara Musyawarah Nasional XVII BKSPTIS di Universitas Islam Indonesia pada 9 Maret 2023 bahwa dirinya menjadi korban hoaks. Hoaks berjudul "Breaking News: Semua Aset Mahfud MD Disita KPK!! Menggegerkan, Penyidik KPK Temukan Kasus Korupsi Baru Menko Polhukam" disebarkan dalam Group WhatsApp Guru Besar. Hoaks yang diproduksi dari foto editan tersebut menjadi diskusi para professor di group WhatsApps professor. Dalam satu pembahasan Group WA tersebut, Mahfud MD heran dengan statemen rekan-rekannya sesame professor “Pak Mahfud harus menjelaskan dari mana hartanya”, yang menandakan bahwa professor pun percaya dengan adanya informasi fitnah/palsu dan turut menyebarkannya.

Berita tentang penyebaran hoaks dan ujaran kebencian pernah viral dilakukan oleh professor UI inisial CM. Dalam tayangan Dialog Perempuan Bicara TV One, CM menyatakan “Anda pernah mendengar presiden mengatakan bunuh saja ? Pernah denger rakyatnya dibegitukan ? Pernah ? Buka aja di dalam salah satu pidatonya presiden. Buka saja yang kemudian pidatonya presiden bunuh didor saja. ada itu ” katanya dikutip Kamis (TV One 10/8/2023). Meski seorang professor sekalipun, ketika mendapat tantangan untuk membuktikan kebenaran atas pernyataannya ia seperti halnya penyebar hoaks pada umumnya menjawab ringan “Kan saya bilang pernah dikirimin dan cek saja ”.

Selain CM, masih banyak professor yang turut aktif dalam penyebaran hoaks dan ujaran kebencian pada tahun politik saat ini. Sebagian besar mereka telah purna tugas sebagai ASN.

Keteladanan Sikap Ilmiah dipertaruhkan

Profesor merupakan istilah lain dari guru besar, jabatan tertinggi dan penghargaan negara kepada seseorang atas profesinya sebagai dosen dan/atau peneliti Lembaga negara atau institusi perguruan tinggi. UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatur bahwa menjadi professor tidaklah mudah, karena bukan merupakan gelar akademik yang ditempuh melalui pendidikan. Seseorang menjadi professor telah teruji intelektualnya, ia telah melalui pendidikan doctor, mengajar, melakukan penelitian, menulis buku dan karya ilmiah. Regulasi juga mengatur bahwa usia pensiun seorang professor bisa sampai 70 tahun.

Seorang professor adalah orang terhormat karena karya ilmiah dan pengabdiannya memiliki pengaruh besar dan memberikan sumbangsih dalam perubahan sosial. Maka ketika terdapat seorang professor turut dalam penyebaran hoaks dan ujaran kebencian, hal tersebut patut disayangkan. Hoaks merupakan informasi palsu yang disebarkan dengan tujuan buruk sedangkan seorang professor dalam aktifitas sehari-harinya selama puluhan tahun berkutat pada data ilmiah.

Mereka bekerja untuk menyusun premis, hipotesa dan menguji validitas data-data yang ada. Lalu bagaimana mungkin seorang professor tanpa melalukan klarifikasi dan verifikasi kebenaran informasi, mereka turut menyebarkan hoaks dengan dibumbui kalimat awal “dari group sebelah, apakah ini benar dan sebagainya”.

Profesor juga seorang manusia, di mana ia memiliki hak mengemukakan pendapat. Namun yang patut disayangkan, preferensi politik membuat orang yang terhormat seperti profesorpun rela menjadikan dirinya “kurir gratis” dalam penyebaran hoaks, semata karena isinya sama dengan pandangan politiknya. Wallahu ‘alam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image