Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image umsofficialid

Semarak Ramadhan! UMS Gelar Kajian Jelang Berbuka, Kupas Tren Healing dan Tazkiyatun Nafs

Agama | 2025-03-04 08:43:42
Suasana saat kajian KURMA di Masjid Hj Sudalmiyah Rais Kampus 2 UMS. Foto Istimewa

Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Kajian Umum Ramadhan Mubarak (KURMA) dengan tema “Tren Healing vs Tazkiyah: Mengapa Ramadhan adalah Waktu Terbaik untuk Pulih”. Acara ini berlangsung pada Senin (3/3) di Masjid Hj. Sudalmiyah Rais, Kampus 2 UMS.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Gema Kampus Ramadhan (GKR) UMS yang bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa, dosen, dan masyarakat dalam meningkatkan ibadah serta memperkuat nilai-nilai keislaman selama bulan suci Ramadan. KURMA dirancang sebagai kajian menjelang berbuka puasa dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya.

Pada kesempatan ini, menghadirkan pembicara, Dr. Isman, S.H.I., S.H., M.H., yang juga sebagai Kaprodi Magister Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas Agama Islam (FAI) UMS. Dalam paparannya, ia menyoroti fenomena kelelahan mental yang banyak dialami oleh Generasi Z akibat tekanan sosial dan tuntutan produktivitas yang berlebihan.

Dr Isman saat mengisi kajian KURMA. Foto Istimewa

Isman menjelaskan bahwa sistem ekonomi neoliberal telah mendorong persaingan tanpa henti dan individualisme ekstrem. Akibatnya, banyak individu mengalami depression & burn out akibat tekanan untuk terus berprestasi tanpa batas yang jelas.

Selain itu, ia juga mengangkat fenomena positive violence, yakni tuntutan untuk selalu berpikir positif dan berkembang secara terus-menerus.

“Tekanan ini justru bisa menjadi kekerasan terselubung yang merusak mental individu karena mereka dipaksa menekan emosi negatif tanpa solusi yang tepat,” kata Isman di hadapan ratusan peserta kajian.

Konsep healing modern juga menjadi sorotan dalam kajian ini. Isman menyebut bahwa banyak orang yang terjebak dalam pola pemulihan instan, seperti liburan atau aktivitas self-care, yang hanya memberikan efek sementara tanpa mengubah pola pikir mendasar tentang kesuksesan dan ekspektasi sosial.

Ia mengutip QS. Ar-Ra’d (13:28) untuk menjelaskan bahwa ketenangan sejati hanya dapat diperoleh melalui pendekatan spiritual.

“Healing yang bertumpu pada aktivitas duniawi sering kali gagal mengatasi akar permasalahan eksistensial dan spiritual,” lanjutnya.

Dalam kajian ini, Isman juga membahas konsep Tazkiyatun Nafs sebagai solusi yang lebih mendalam. Ia mencontohkan bagaimana nabi Ibrahim AS menghadapi ujian berat yang justru meninggikan derajat spiritualnya. Keikhlasan dan keyakinannya kepada Allah membuatnya tetap tenang meskipun berada dalam situasi sulit.

Ia juga menyinggung kisah Nabi Yunus yang disebut dalam Surah Ash-Shaffat (143-144). Menurutnya, Nabi Yunus menemukan ketenangan sejati bukan melalui pelarian, tetapi melalui taubat dan dzikir yang membuatnya lebih dekat dengan Allah.

Kajian ini tidak hanya memberikan wawasan keislaman, tetapi juga menggugah peserta untuk merefleksikan kembali cara mereka menghadapi tekanan hidup. Isman menegaskan bahwa Ramadan adalah momen terbaik untuk melakukan introspeksi dan kembali kepada Allah.

Setelah kajian, panitia menyediakan lebih dari 250 paket berbuka puasa gratis bagi peserta yang hadir di Masjid Hj. Sudalmiyah Rais. Selain itu, lebih dari 180 paket berbuka juga dibagikan di Masjid Fadlurahman.

Melalui program GKR, UMS berupaya menciptakan atmosfer yang kondusif bagi sivitas akademika untuk memperkuat nilai-nilai spiritual. Rangkaian kegiatan ini akan terus berlangsung sepanjang Ramadan dengan berbagai kajian, diskusi, serta program ibadah lainnya yang diharapkan memberikan manfaat bagi seluruh peserta. (Yusuf/Humas)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image