Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reva Zahra Salwa

Belenggu: Potret Psikologis Manusia Modern dalam Konflik Batin

Sastra | 2025-05-31 14:33:22

Novel Belenggu karya Armijn Pane, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1940 oleh Poedjangga Baroe, merupakan tonggak penting dalam sastra Indonesia modern. Sebagai novel psikologis pertama di Indonesia, Belenggu menyoroti konflik batin tokoh-tokohnya dalam menghadapi benturan antara nilai-nilai tradisional dan modernitas. Dengan gaya bahasa yang khas dan deskriptif, Pramoedya membawa pembaca ke dalam dunia yang kaya akan nuansa dan makna. Secara keseluruhan, "Belenggu" adalah sebuah karya sastra yang mendalam dan berpengaruh, yang tidak hanya menggambarkan kehidupan pada masa kolonial, tetapi juga mengajak pembaca untuk merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.

Tokoh utama dalam novel ini, Sukartono (Tono), adalah seorang dokter yang hidup di tengah tuntutan profesi dan dilema rumah tangga. Ia merasa terbelenggu dalam pernikahannya dengan Sumartini (Tini), seorang perempuan modern dan aktivis sosial yang tidak sesuai dengan ekspektasinya tentang peran seorang istri. Dalam kegelisahan itu, muncul Rohayah (Yah), mantan kekasihnya yang kini bertransformasi menjadi seorang penari.

Konflik Batin dan Cinta Segitiga

Novel "Belenggu" menceritakan kisah cinta segitiga yang rumit antara Sukartono, Sumartini, dan Siti Rohayah. Sukartono, seorang dokter, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Sumartini, sementara pertemuan kembali dengan Siti Rohayah membangkitkan perasaan lama dan menimbulkan konflik batin bagi Sukartono dan Sumartini. Kehidupan rumah tangga yang tidak bahagia dan perasaan diabaikan membuat Sumartini meragukan kesetiaan suaminya, sementara Sukartono harus menghadapi dilema moral dalam memilih antara pernikahannya dan perasaannya terhadap Siti Rohayah.

Modernitas dan Tradisi

Novel "Belenggu" karya Armijn Pane menggambarkan konflik antara nilai-nilai tradisional dan modernitas melalui karakter-karakternya. Sukartono, yang menginginkan istri tradisional, merasa tidak cocok dengan Sumartini yang modern dan berpendidikan tinggi. Sebaliknya, ia tertarik pada kelembutan dan perhatian Rohayah. Dengan teknik monolog interior, Armijn Pane menggambarkan konflik batin para tokoh, menciptakan kedalaman psikologis yang kuat dan memungkinkan pembaca memahami pikiran dan perasaan mereka secara mendalam.

Akhir yang Tragis

Pertemuan Sumartini dengan Rohayah tidak berakhir dengan perdebatan, melainkan introspeksi diri masing-masing. Sumartini menyadari bahwa dirinya belum mampu memberikan kasih sayang yang diinginkan suaminya. Akhirnya, Sumartini memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono, meskipun suaminya menolak keputusan tersebut. Sementara itu, kepergian Rohayah ke luar negeri semakin meninggalkannya dalam kesendirian. Sukartono akhirnya mencari ketenangan dengan mengabdikan diri di panti asuhan, membantu orang lain sebagai bentuk penebusan. Akhir cerita ini menggambarkan dampak dari pilihan masing-masing karakter dan konflik batin yang tak terselesaikan.

Kesimpulan

Novel "Belenggu" karya Armijn Pane merupakan refleksi mendalam tentang kompleksitas jiwa manusia modern dalam menghadapi dinamika sosial dan budaya. Melalui karakter-karakternya, Armijn Pane menggambarkan bahwa modernitas tidak selalu membawa kebahagiaan dan kepuasan. Sebaliknya, pencarian jati diri seringkali diwarnai dengan dilema moral dan emosional yang berat, menunjukkan bahwa transisi menuju modernitas membawa konsekuensi yang tidak sederhana. Dengan cara ini, "Belenggu" menawarkan kritik sosial yang tajam dan pengamatan psikologis yang mendalam tentang kondisi manusia dalam perubahan zaman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image