Tim UGM Petakan Area Terdampak Gempa Cianjur, Bisa Dipakai untuk Penentuan Relokasi Warga
Kampus—Tim dari Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM berhasil melakukan pemetaan area terdampak gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat. Hasil pemotretan tim UGM mampu memberikan gambaran kondisi terkini pasca gempa Cianjur.
Bekerja sama dengan Tim Reaksi Cepat (TRC) Fakultas Teknik UGM, tim melakukan pemetaan di wilayah yang paling terdampak gempa. Tim yang dipimpin oleh Dr Ruli Andaru melakukan pemetaan dari tanggal 7 hingga 9 Desember 2022 dengan GNSS tipe Geodetic dan pesawat nirawak/UAV VTOL P330 yang membawa sensor kamera dengan resolusi 40 Mp dan sensor portable Lidar.
“Kegiatan ini kita lakukan untuk memetakan dampak kerusakan bangunan dan fasilitas umum akibat gempa, menganalisis pergerakan tanah, penentuan area relokasi hunian warga,” jelas Ruli seperti dirilis laman UGM Selasa (13/12/22).
Ruli menyampaikan pemetaan dilakukan secara ekstra terestrial yaitu dengan melakukan pemotretan udara dengan wahana UAV secara fotogrametris. Sementara UAV yang diterbangkan memiliki kapasitas baterai 30 ribu mAh dengan kemampuan terbang selama 100 menit dan cakupan area pemotretan seluas 1.500 Hektare. Direncanakan area seluas 5.000 Hektare dapat dipetakan dalam kurun waktu dua hari lapangan. Beberapa spot area juga akan dilakukan penyiaman dengan teknologi Lidar untuk mendapatkan data permukaan topografi/surface yang lebih detail.
“Selama dua hari di lapangan, kami menjumpai beberapa kendala teknis maupun non teknis sehingga dari target 5.000 Ha ini baru terpetakan sejumlah 1.500 Ha saja," ungkap Ruli.
Ruli menyebutkan faktor cuaca dan juga pergerakan pesawat udara (helikopter) di sekitar lokasi untuk transportasi logistik menjadi kendala yang dominan saat itu. Kondisi tersebut menyebabkan slot penerbangan UAV TRC FT UGM menjadi terbatas. Kendati begitu, area yang berhasil dipotret ini telah mampu memberikan gambaran kondisi terkini pasca gempa dan selanjutnya akan diproses dan dibuat tampilan visualnya dalam sebuah peta foto dan peta garis.
“Dengan kemampuan pembentukan permukaan terain secara 3D, gambaran elevasi dan tingkat kelerengan tanah dapat diukur secara teliti. Hasil mapping ini nantinya juga akan diintegrasikan dengan hasil mapping institusi lain dan akan di-upload di portal BNPB,” tambahnya.
Kepala Desa Desa Bunikasih, H Solehudin, menyampaikan ucapan terima kasih atas kontribusi UGM dalam kegiatan pemetaan ini. Peta yang dihasilkan nantinya bisa memberikan kontribusi untuk desa, khususnya untuk memberikan informasi dampak secara lebih detail dan juga untuk kegiatan relokasi hunian warga Bunikasih.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama FT UGM, Dr Ali Awaludin, mengatakan tim mapping dari Departmen Teknik Geodesi ini merupakan tim pertama yang dikirimkan Fakultas Teknik UGM. Selanjutnya dalam beberapa waktu mendatang akan disusul oleh tim lain dari sejumlah departemen di Fakultas Teknik untuk keperluan asesmen lainnya.
Ketua Departemen Teknik Geodesi, Prof Trias Aditya, mengatakan tim pengabdian Teknik Geodesi terus berkontribusi dalam mitigasi bencana di tanah air, terutama untuk keperluan mapping. Beberapa di antaranya yang telah dilakukan adalah saat kejadian bencana erupsi Gunung Merapi (2012-2015), Gunung Agung ( 2017-2020), longsor Banjarnegara (2014), serta Gempa Aceh (2016).
“Dalam beberapa waktu mendatang, tim ini juga akan melakukan pemetaan untuk keperluan mitigasi bencana rob di Semarang,” jelasnya.
Baca juga :
Pakar Gempa UGM: Rentetan Gempa Cianjur, Gempa Garut, dan Lainnya tidak Saling Berkaitan
Gempa Garut Mencapai Magnitudo 6,4, Apa Itu Magnitudo ?
Peneliti UGM Deteksi Adanya Gejala Awal Gempa Cianjur
Mengapa Gempa Terjadi, Apa Jenis-jenis Gempa ?
Ini yang Harus Dilakukan Sebelum, Saat, dan Sesudah Gempa Bumi Menurut BMKG
Gempa Cianjur Adalah Gempa Tektonik, Apa Itu Gempa Bumi Tektonik ?.
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com