Serba Serbi

Fenomena Brain Drain Banyak Terjadi pada Awardee LPDP, Apa Itu Brain Drain ?

Kelompok brain drain lebih memilih bekerja atau berkarier di luar negaranya karena berbagai faktor.  Ilustrasi. Foto : freepik.com
Kelompok brain drain lebih memilih bekerja atau berkarier di luar negaranya karena berbagai faktor. Ilustrasi. Foto : freepik.com

Kampus—Fenomena brain drain banyak terjadi pada penerima beasiswa (awardee) LPDP. Kelompok brain drain lebih memilih bekerja atau berkarier di luar negaranya karena berbagai faktor. Apa itu brain drain ?

Lembaga Dana Pengelola Pendidikan (LPDP) RI mengungkap ratusan alumni awardee LPDP Luar Negeri (LN) belum pulang ke Indonesia setelah masa studinya selesai. Dari 35.536 awardee terdapat 413 awardee yang bermasalah dan tidak kembali. Padahal, keharusan kembali ke Indonesia telah diatur dalam pedoman umum calon awardee.

Pakar Sosiologi Unair Dr Tuti Budirahayu mengelompokkan awardee LPDP yang tidak kembali ini ada dua kategori. Pertama adalah alumni awardee yang benar-benar melanggar aturan LPDP, yaitu tidak membayar biaya ganti rugi atas beasiswa selama studi hingga lulus, terlebih tidak kembali ke Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Jelas itu pelanggaran berat, dalam sosiologi itu termasuk penyimpangan. Artinya tindakan melawan aturan atau hukum yang berlaku sehingga layak mendapat hukuman,’’ kata Tuti seperti dilansir laman Unair.

Kategori kedua, menurutnya adalah alumni awardee yang telah menyelesaikan studi kemudian ditawari bekerja di LN ataupun menikah dengan orang LN. Tetapi mereka memenuhi kewajiban untuk membayar denda atau minimal menjalankan kewajiban yang terkait dengan pelanggaran. Tuti menyebut awardee kategori kedua sebagai kelompok brain drain.

Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini menjelaskan brain drain adalah perpindahan kaum intelektual, ilmuwan, cendekiawan dari negerinya sendiri dan menetap di luar negeri. Secara sederhana, kondisi itu digambarkan ketika banyak orang yang memiliki keahlian atau kepandaian tetapi tidak digunakan untuk membangun bangsanya atau memajukan negaranya. Justru kelompok brain drain lebih memilih bekerja atau berkarier di luar negaranya karena berbagai faktor.

“Bisa karena kesejahteraan hidup di LN lebih baik, misalnya mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi, atau memang dibajak oleh negara lain atas dasar keahlian yang dimilikinya. Bisa juga mereka adalah para imigran yang secara politis tidak bisa kembali ke negaranya atau juga karena pilihan hidup,’’ jelas Tuti.

Tuti menegaskan brain drain tidak saja terjadi pada penerima LPDP tetapi, mereka yang sekolah ke LN dengan biaya sendiri dan memilih tidak kembali ke negara asalnya. Persoalan brain drain harus dibenahi melalui berbagai kebijakan yang ada di Indonesia.

Menurutnya, jika lebih banyak orang yang memilih bekerja atau berkarier di luar negeri, jelas itu karena mereka tidak mendapat apresiasi yang tinggi dari pemerintah Indonesia. Bukan saja dari segi pendapatan yang rendah, melainkan apresiasi terhadap bidang kerja yang tidak sesuai harapan para alumni LN.

Baca juga :

Catat ! Ini Jadwal Beasiswa LPDP Tahap 1 dan 2 Tahun 2023

Info Hari Ini : Apa Perbedaan PNS dan PPPK ?

Apa Itu BPIP ? Apa Tugasnya ?

Ayo Bersiap, Program Beasiswa Dalam dan Luar Negeri Kominfo 2023 Segera Dibuka

Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Kunjungi Museum Virtual Seperti Nyata, Ini Linknya

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image