Serba Serbi

Puisi : Hujan di Kala Petang

Foto : pixabay
Foto : pixabay

Titien Suprihatien

Hujan di kala petang

Turun malu-malu di Jambiku

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Air itu menggenangi membuat aku meronong mancarabi

Teriak memanggil budak-budak yang bermain kubangan leak

Hujan di kala petang

Menyuruh pulang anak jantan yang merunung membasuh badan

Aku tak melihat beda air dan kubangan

Hujan di kala petang

Melukis riak gelombang

Entah sejak bila air itu keruh

Hujan di kala petang

Mesokan budak dusun

Mlagek’i aek sungai Batanghari yang meluap mengisi payo dan umo

Memakso nyai-nyai meronong dengan kiding di kepalo

Hujan di kala petang

Adalah alarm alam

Mengingatkan di setiap detik yang mengancam sumber kehidupan

Toke-toke muas, mengeruk sungai tiada puas

Dompeng orang bertopeng, batoret tentang emas dan duit

Pikirkan alam mu

Sungaiku tak hanya untuk engkau

Bahkan saat kita tiada air sungai ini masih air minum anak Jambi

Hujan di kala petang

Mengingatkan

Engkau jangan selingkuh melolo'i aek payo

Mendustai anak-anak sungai.

Tetak tanganmu tempong muas mu

Jaga Batanghari ku

Hujan di kala petang

Adalah tangisan air sungai yang terurai setelah menjadi awan yang megah

Terkondensasi takdir kembali ke air keruh

Hujan di kala petang

Kembalikan jernih ku

Dengan hati nurani mu

Muara Bulian, 30 Desember 2021

Baca juga :

Elegi Sang Guru

Ikuti informasi penting setiap saat dari kampus.republika.co.id. Anda juga dapat berpartisipasi mengisi konten, kirimkan tulisan, foto, info grafis, dan video melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Puisi : Di Tanganmu, Musim Meluruh

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image