Puisi : Hujan di Kala Petang

Titien Suprihatien
Hujan di kala petang
Turun malu-malu di Jambiku
Air itu menggenangi membuat aku meronong mancarabi
Teriak memanggil budak-budak yang bermain kubangan leak
Hujan di kala petang
Menyuruh pulang anak jantan yang merunung membasuh badan
Aku tak melihat beda air dan kubangan
Hujan di kala petang
Melukis riak gelombang
Entah sejak bila air itu keruh
Hujan di kala petang
Mesokan budak dusun
Mlagekâi aek sungai Batanghari yang meluap mengisi payo dan umo
Memakso nyai-nyai meronong dengan kiding di kepalo
Hujan di kala petang
Adalah alarm alam
Mengingatkan di setiap detik yang mengancam sumber kehidupan
Toke-toke muas, mengeruk sungai tiada puas
Dompeng orang bertopeng, batoret tentang emas dan duit
Pikirkan alam mu
Sungaiku tak hanya untuk engkau
Bahkan saat kita tiada air sungai ini masih air minum anak Jambi
Hujan di kala petang
Mengingatkan
Engkau jangan selingkuh melolo'i aek payo
Mendustai anak-anak sungai.
Tetak tanganmu tempong muas mu
Jaga Batanghari ku
Hujan di kala petang
Adalah tangisan air sungai yang terurai setelah menjadi awan yang megah
Terkondensasi takdir kembali ke air keruh
Hujan di kala petang
Kembalikan jernih ku
Dengan hati nurani mu
Muara Bulian, 30 Desember 2021
Baca juga :
Ikuti informasi penting setiap saat dari kampus.republika.co.id. Anda juga dapat berpartisipasi mengisi konten, kirimkan tulisan, foto, info grafis, dan video melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com
