Gerakan Literasi, Solusi Tingkatkan Minat Baca Siswa di SMPN 2 Tebo
Oleh: Dicky Eka Putra
SMP Negeri 41 Kabupaten Tebo, Jambi
Kecakapan literasi saat ini menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi. Salah satu penyebabnya ditengarai karena rendahnya budaya baca siswa di Indonesia.
Menindaklanjuti hasil survei tersebut, SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, mencoba berbenah. Untuk menumbuhkan kecintaan siswa dalam membaca, SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo menggagas gerakan literasi sekolah yang sudah dicanangkan sejak tahun 2019 yang lalu.
Gerakan literasi sekolah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat untuk membaca dan menulis. Ini agar seluruh warga sekolah memiliki minat baca yang baik. Konteks literasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo tidak hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisa suatu bacaan dan memahami konsep di balik tulisan itu.
“Program literasi ini kami gagas melihat minat baca siswa yang kurang. Sehingga dengan adanya program literasi, minat baca siswa akan membudaya sehingga jendela dunia akan terbuka,” ujar Kepala SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo, Wahyudi Dwi Muljono.
Lebih lanjut Wahyudi mengatakan bahwa ada beberapa kiat dalam melaksanakan program literasi ini. Di antaranya menyusun jadwal dengan mengalokasikan waktu 15 menit untuk membaca sebelum memasuki jam pelajaran pertama setiap hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Kemudian dilanjutkan setiap bulan ada kegiatan literasi bersama di taman baca.
“Dalam kegiatan literasi bersama ini, siswa yang mau berpartisipasi akan meyampaikan apa yang dibacanya di depan umum. Tidak sampai disitu, setiap akhir semester kami juga mengadakan perlombaan literasi,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2020 berpengaruh besar terhadap kegiatan literasi di dunia pendidikan. Hal itu juga berdampak pada kegiatan literasi di SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo.
“Program yang sudah dirancang dengan baik, akhirnya tidak berjalan seiring terjadinya pandemi. Namun sejak diberlakukan PTM terbatas dan sekarang sudah mulai PTM 100 persen kami kembali menggerakkan program ini agar kemampuan literasi siswa tidak mengalami penurunan” ujar kepala sekolah.
Baca juga : Menghasilkan Guru Hebat Melalui MGMP
Melibatkan warga sekolah
Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan yang memerlukan dukungan dan sinergi warga sekolah. Salah satu upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Kegiatan membaca ini tentunya tidak hanya dilakukan oleh siswa namun juga dilakukan oleh guru.
Lebih lanjut kepala sekolah mengungkapkan bahwa di awal program memang ada kendala. Kendalanya karena kurang terbiasa jadi agak sulit mengajak siswa untuk membaca. Penghambat kegiatan literasi berikutnya yaitu kurang tersedianya buku-buku yang menarik sesuai dengan usia anak tingkat sekolah menengah. Sekolah mencoba memfasilitasi dengan membuat pojok baca di setiap kelas, melengkapi isi perpustakaan dan membuat taman baca.
Untuk mendukung kegiatan literasi di sekolah, sebagian buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan diletakkan ke dalam kelas untuk disimpan pada pojok baca. Kemudian siswa juga diwajibkan membawa buku. Buku ini di-rolling per kelas sehingga buku bacaan tidak monoton. Selain itu, ada juga kontribusi alumni dengan memberikan sumbangan buku untuk menambah koleksi bacaan. Bahkan ada juga guru yang meminjamkan buku dari koleksi pribadi.
Berkat dukungan semua warga sekolah program ini bisa berjalan dengan lancar. Bahkan saat ini setiap guru memiliki catatan dan buku kontrol mengenai apa yang dibaca siswa, sehingga guru terlibat langsung dan antusias dalam kegiatan literasi.
“Saya menyambut positif kegiatan ini. Program literasi membuat siswa menjadi termotivasi untuk membaca”, ungkap Seri Rosana Puji Astuti, salah seorang guru.
Di kalangan siswa juga ada gerakan yang mereka lakukan untuk menjaga pojok baca yang sudah dibuat. Seperti yang diungkapkan Rinaldo Ferdean salah seorang siswa, “Kami membuat jadwal piket khusus untuk membersihkan pojok baca setiap hari, menyapu karpetnya dan merapikan buku-buku. Selain itu, setelah membaca kami berupaya meletakkan kembali buku pada tempatnya”.
Baca juga : Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Merdeka
Solusi meningkatkan minat baca
Maulida Khilmaya, salah seorang siswi SMP Negeri 2 Kabupaten Tebo mengungkapkan perasaan senang dengan adanya gerakan literasi ini. “Adanya gerakan literasi di sekolah ditunjang dengan adanya pojok baca di dalam kelas membuat minat baca saya meningkat”, imbuhnya.
Andwi Putri Rezki, yang juga salah seorang guru menambahkan bahwa gerakan literasi adalah solusi untuk meningkatkan minat baca bagi siswa. Gerakan literasi bisa menjadi sarana mengenal, memahami, dan memperdalam ilmu bagi siswa. Dengan membaca wawasan dan pengetahuan siswa akan semakin luas, gagasan akan semakin tajam, dan kreatifitas akan semakin meningkat.
“Harapan saya dan harapan kita bersama kegiatan literasi ini membudaya di kalangan guru dan siswa. Dengan adanya program literasi anak-anak menjadi termotivasi untuk membaca”, harap Wahyudi Dwi Muljono.
Baca juga :
Menanamkan Literasi Sejak Dini Melalui Pocapoli
Ikuti informasi penting setiap saat dari kampus.republika.co.id. Anda juga dapat berpartisipasi mengisi konten, kirimkan tulisan, foto, info grafis, dan video melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com