Guru Menulis

Cerpen : Bella yang Kini Pendiam

Ilustrasi Cerpen Bella yang Kini Pendiam karya Nurgayah Hasibuan. Foto : wordpress.com
Ilustrasi Cerpen Bella yang Kini Pendiam karya Nurgayah Hasibuan. Foto : wordpress.com

Nurgayah Hasibuan

Bella adalah seorang anak yang cerdas. Ia duduk di kelas 5 SD. Prestasinya di kelas sangat baik. Bu Ati, selaku wali kelas Bella selalu memujinya. Ia cenderung menyukai mata pelajaran Matematika. Setiap pelajaran Matematika, Bella selalu maju ke depan kelas untuk menyampaikan setiap langkah-langkah pengerjaan soal Matematika yang dikerjakannya. Teman-temannya suka padanya. Karena meskipun Bella pintar, ia tidak pernah sombong. Ia selalu berbagi pengalaman maupun ilmu kepada teman-temannya.

Selain pintar, Bella juga terkenal dengan anak yang selalu ceria. Hal ini juga yang membuat teman-temannya tambah menyukainya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bella adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Ia tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya hanya seorang pedagang es kristal. Sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga, yang kesehariannya mengurus rumah dan anak-anaknya. Namun demikian Bella tidak pernah merasa minder bila berteman dengan teman-temannya yang kehidupannya jauh lebih baik dari kehidupannya.

Namun suatu hari Bella mengalami shock yang luar biasa. Ibunya telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Bella sangat kehilangan seorang ibu yang sangat menyayanginya.

Air matanya tak terbendung kala itu.

“Bunda bunda ..”

Panggil Bella di samping jenajah ibunya.

Semua yang melayat terharu dan ikut menangis mendengar tangisan Bella.

Lagi-lagi ia memanggil ibunya yang terbaring senyap itu. Kakak Bella yang duduk di bangku SMA bernama Maya, memeluk adik bungsunya itu. Ia juga tak kuasa menahan air mata. Ibu mereka kini terbujur kaku. Berulang kali Bella menggoyang-goyang tubuh ibunya.

“Bangun Bunda bangun Bunda .,” katanya lagi sambil bercucuran air mata.

Bella tak menyangka ibunya secepat itu meninggalkannya. Selama ini ibunya selalu sehat. Ibu Bella meninggal setelah sehari mengalami demam tinggi. Semua keluarga tak menduga akan seperti ini akhirnya. Namun semua sudah kehendak Ilahi Rabbi. Langkah, pertemuan, maut adalah rahasiaNya. Nasehat dari keluarga, tetangga, dan kerabat yang melayat untuk anak-anak Almarhumah, agar senantiasa mendoakan ibunda mereka. Juga hendaknya sabar dan mengiklaskan kepergiannya ibunda tercinta.

Setelah kepergian ibunya, Bella jadi sedikit pendiam. Ia jarang bicara. Duduk selalu termenung. Begitu juga di sekolah, Bella selalu mengurung diri di dalam kelas di saat-saat jam istirahat. Teman-teman Bella selalu menghibur Bella.

“Bel, ayuk kita keluar !” ajak Rina sahabat Bella.

Bella hanya menggeleng. Ia tidak ingin kemana-mana. Tidak jarang Rina juga tetap di dalam kelas untuk menemani Bella.

Dua bulan setelah kepergian ibunda Bella, Bella mengalami hal menyedihkan kembali. Kakaknya yang bernama Maya, dipanggil Yang Kuasa setelah sakit lebih kurang seminggu. Hati Bella dan keluarga hancur kembali. Belum sembuh sedih mereka dengan kepergia ibunya, kini mereka kehilangan anggota keluarga kembali.

Berulang kali Bella pingsan. Bella yang masih kanak-kanak mengalami hal yang sangat menyedihkan. Selama ibunya telah pergi, Mayalah yang mengurus segala keperluan Bella. Karena kedua kakak Bella yang lain adalah laki-laki. Mayalah yang selalu menghibur Bella, walaupun diam-diam ia juga sering menangis mengingat ibunya yang telah tiada. Namun ia selalu berusaha tegar di hadapan adiknya.

Ayah Bella tidak kalah sedihnya dibanding anaknya Bella. Ayah Bella menyadari selama istrinya meninggal, anak gadisnya itulah yang mengurus segala pekerjaan di rumah. Kini Maya juga telah menghadap yang Kuasa. Sungguh cobaan berat yang ia rasakan. Namun ia harus tetap kuat dan mengiklaskan kepergian anaknya itu. Semua adalah rencana dan rahasia Allah. Tiada satupun yang dapat menghadang.

Setelah kepergian orang-orang yang Bella cintai, Bella makin pendiam. Sifat ceria yang ia miliki selama ini nyaris hilang. Di saat belajarpun Bella selalu murung dan melamun. Ia tidak lagi fokus akan pelajaran yang disampaikan ibu gurunya. Tidak jarang Bu guru wali kelas menghampiri dan menegur Bella sembari mengelus-elus kepala Bella. Bu guru tahu akan tekanan perasaan yang dirasakan Bella. Sungguh sakit ditinggal orang-orang yang kita cintai.

Seiring berjalannya waktu, prestasi belajar Bella juga jauh menurun. Ia sudah tidak pernah merespon setiap pelajaran yang diberikan ibu guru. Pelajaran Matematika yang dulu digemarinya, kini tidak lagi menjadi perhatiannya.

Teman-teman Bella merasa prihatin terhadap sahabatnya Bella. Mereka selalu menghibur, namun tidak berhasil. Bella kini menjadi anak yang pendiam. Pengalaman hidup yang ia rasakan membuat sifatnya jauh berubah.

“Bella kami rindu dengan Bella yang dulu,” ucap teman-teman Bella saat mereka menghibur Bella. Namun Bella seperti tidak mendengar apa yang disampaikan teman-temannya itu.

Semoga Bella bisa menerima cobaan yang menimpanya dengan iklas dan kembali seperti Bella yang dulu. Bella yang cerdas dan selalu ceria. Itulah harapan teman-teman Bela.

Nurgayah Hasibuan, SPd

Kepala UPTD SDN. 017107 Kisaran Naga, Asahan, Sumatera Utara (Sumut)

Baca juga :

Cerpen : Takdir Ayu

Sepucuk Kisah dari Ramallah

Guru di Tengah Pandemi

Ikuti informasi penting dan menarik setiap saat dari kampus.republika.co.id. Anda juga dapat berpartisipasi mengisi konten, kirimkan tulisan, foto, info grafis, dan video melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com