Opini

Opini : Pemuda

Pemuda. Ilustrasi. Foto : republika

Dr Encep Saepudin, SE, MSi

Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Pemuda harapan pemudi. Pemudi mengharapkan pemuda meminangnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Begitulah alam membentuknya. Pemuda yg berani melamar pemudi adalah pemuda sejati.

Pemuda sejati menyerahkan jiwa raganya pada yang dikasihi. Termasuk bagi negeri.

Saat pemuda sudah berpikir, berbicara, dan bergerak, kekuatan dan kekuasaan apa pun bakalan runtuh. Membuka lembaran peradaban baru dengan kisah heroik baru lainnya yang terekam di Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika.

Begitu pula yang terjadi di negeri ini. Pemuda angkatan 1928, 1945, 1965, dan seterusnya yang melakukan perubahan. Sumpahnya mampu menyatukan 17 ribu pulau, 1.340 suku bangsa (BPS, 2010), 187 aliran kepercayaan, dan enam agama.

Bayangkan? Pemuda mana di dunia yang sehebat pemuda-pemuda Indonesia, yang mampu menyatukan keragaman itu tanpa perang. Tanpa genosida. Luar biasa, bukan?

Makanya, Bung Karno pernah berucap sebanyak 1.000 orang tua itu hanya bisa mencabut (Gunung) Semeru dari akarnya. Sebaliknya 10 pemuda bisa mengguncangkan dunia. Dahsyat...

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menetapkan usia pemuda kisaran 15-30 tahun. Usia dimana hormon seks pada masa puncaknya, yaitu (Testosteron (pria), Estrogen (perkembangan payudara), Progesteron (menstruasi dan kehamilan).

Jadi, wajar saja usia begini nafsu syahwatnya besar sekali. Ditandai sering gonta-ganti pacar. Seperti kamu.... Wkwkwkwk..

Yang penting pelampiasannya harus sesuai kaidah agama, yaitu pernikahan dan pasangan laki-laki dan perempuan. Setia hingga akhir hayat. Betul, kan!

Sejalan dengan makna Tugu Monas, yang awal pendiriannya pada 17 Agustus 1961, yang melambangkan tugu (lingga atau laki-laki) dan cawan (yoni atau perempuan). Sempurna, klop.

Bukan lingga dengan lingga. Atau, yoni dengan yoni. Penyimpanan seksual, namanya. Hiiii...

Ucapan pendiri bangsa ini terbukti sekarang. Sejumlah negara mulai pusing dengan persoalan demografinya karena jumlah pemuda menyusut, sedangkan lansia melesat.

Populasi pemuda di Eropa 16,3%, China 28.7% - 29.5%, USA 26,6%, Jepang 16,2% Populasi pemudanya hampir sama tapi bebannya berbeda karena harus menahan beban perekonomian akibat melesatnya populasi lansia.

Populasi pemuda Indonesia sebesar 23,47%. Namun pertumbuhan lansia tidak secepat negara-negara itu. Karena itu, Indonesia mengalami bonus demografi.

Menjadi negara maju membutuhkan pemuda dengan syarat populasinya mayoritas, berpendidikan memadai, serta berbudi luhur menjadi syarat utama menjadi negara besar. Pemuda sejati selayaknya terpenuhi dua persyaratan tersebut.

Mayoritas populasi terpenuhi. BPS (2024) melaporkan populasi pemuda, yaitu usia 16-30 tahun, sebanyak 64,22 juta jiwa dari 282,5 juta jiwa.

Pendidikan masih pekerjaan rumah. BPS (2024) mencatat APK Sekolah Menengah/ sederajat 87,9 dan APK Perguruan Tinggi 32,00.

Kemana mereka, yang tersisa itu, kagak sampai ke sekolah menengah? Kemana pula yang kagak kuliah itu? Entahlah...

Berbudi luhur bisa merujuk pada Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), yang mencakup Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan, Lapangan dan Kesempatan Kerja, Partisipasi dan Kepemimpinan, serta Gender dan Diskriminasi. IPP (2024) sebesar 56,33% dari skala 100%.

Nilainya sedang-sedang saja. Padahal Indonesia Emas 2040 tinggal tujuh tahun lagi. Hmm...

Islam menuntut pemuda harus tangguh. Peduli diri, lingkungan, dan negara. Mampu menjaga syahwat.

Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa:"Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah.” (HR Ahmad 2: 263; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir 17: 309; dan lain-lain. Dinilai sahih dengan berbagai jalurnya oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 2843).

Shabwah ini adalah istilah yang menggambarkan kecenderungan terhadap hal-hal yang tidak benar, hawa nafsu, dan kebodohan. Di antaranya pemabuk, pecinta dugem, hedon, dan silahkan ditambahkan.

Pemuda Indonesia sejati adalah paduan Kresna sang pemimpin bijaksana, Gatotkaca sang penjaga angkasa, Yudhistira sang penjaga bumi, Baruna sang penjaga lautan, dan Srikandi yang mandiri.

Paduan pemuda begitu makin langka. Terlampau sempurna untuk situasi dan kondisi sekarang. Yang menuntut serba instan, serba monetasi, dan serba viral.

Namun keserbaan itu bukan salah pemuda. Sebab mereka hanya melihat dan menyontoh sikap vested interest orang tua yang asyik berkuasa. Di politik. Di ekonomi. Di masyarakat. Di mana saja.

Jangan sampai yang tua melenggangkan dan melanggengkan vested interest itu. Kalau pemuda sudah menyumpah, kelar semuanya..(*)

Berita Terkait

Image

Opini: Pemuda

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image