Sekolah

Menikmati Pendidikan Berkelas di Maluku Tengah

Suasana belajar di Madrasah IslamTerpadu (MIT) Nurul Falah, Masohi, Maluku Tengah, Maluku, Rabu (29/10/2025). Foto : subroto

Kampus—Suasana riuh terdengar dari kelas 2A Al Gazali Madrasah Islam Terpadu (MIT) Nurul Falah, Masohi, Maluku Tengah, Maluku. Sebanyak 20 murid yang dibagi menjadi lima kelompok itu sibuk melipat, menggunting, dan mengelem kertas-kertas warna-warni.

Murid-murid itu tak sedang mengerjakan pelajaran prakarya. Mereka sedang belajar tentang bangun dan ruang. Mereka sedang belajar matematika.

Pelajaran matematika yang biasanya membosankan menjadi meriah di tangan guru Kurnia Tihuria (26 tahun). Semua anak aktif. Masing-masing kelompok sibuk menyelesaikan tugasnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

‘’Saya sengaja menciptakan suasana yang menyenangkan. Kalau hati mereka senang, anak-anak akan mudah menerima pelajaran,’’ tutur Kurnia, lulusan STKIP Gotong Royong, Masohi, Maluku Tengah itu.

Kurnia mengaku membuat kelompok-kelompok siswa berdasarkan kemampuan masing-masing. Menurutnya setiap anak punya kemampuan yang berbeda, karena itu harus mendapat perlakuan yang berbeda pula.

‘’Sehari sebelum mengajar biasanya saya menyiapkan media pembelajaran. Masing-masing kelompok diberikan tugas yang berbeda sesuai dengan pemahaman mereka,’’ ceritanya saat ditemui di SDN 234 Maluku Tengah, Maluku, Rabu. (29/10/2025).

Tak hanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, Kurnia memantau hasil pembelajaran dan melakukan evaluasi setiap hari.“Kami juga evaluasi hasil pembelajaran lewat KKG di sekolah bersama para guru dan kepala sekolah,” jelas Kurnia.

Di kelas 2A SDN 234 Mauli Tengah Sandra K mengajar siswa berhitung dengan permainan ular tangga. Para murid asyik melempar dadu dan menggerakkan boneka ultraman di papan ular tangga. Tak terasa sebenarnya mereka belajar perkalian dan penjumlahan dengan permainan itu.

Sandra membagi siswa dalam kelompok. Ada kelompok yang belum bisa berhitung, kelompok yang bisa berhitung lambat, dan kelompok yang dapat menghitung dengan cepat.

‘’Cara bermain ular tangganya sama. Hanya tingkat soalnya yang berbeda untuk setiap kelompok,’’ tutur Sandra.

Siswa belajar matematika melalui permainan ular tangga SDN 234 Masohi, Maluku Tengah, Maluku, Rabu (29/10/2025). Foto : subroto

Sama dengan di MIT Nurul Falah, SDN 234 Maluku Tengah juga tak lagi mengajarkan siswa secara klasikal. Materi pelajaran dibuat berdasarkan kemampuan murid. Metode pengajaran dibuat semenarik mungkin dan menuntut siswa aktif.

Kepala MIT Nurul Falah Maluk Tengah Sitti Syairah Tuatoy MIT Nurul Falah Masohi mengatakan pembelajaran berdeferensiasi merupakan salah satu perubahan yang dilakukan di sekolahnya. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pengajaran yang menyesuaikan metode, materi, dan penilaian untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar mereka.

Guru-guru MIT Nurul Falah mendapatkan pelatihan dan pendampingan intensif dalam strategi pembelajaran literasi dan numerasi.’’Tujuan kita adalah meningkatkan kapasitas guru, meningkatkan literasi dan numerasi serta karakter anak. Selain itu memperkuat peran orang tua dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif bagi seluruh murid,’’ papar Sitti yang akrab dipanggil Cici.

Transformasi yang dilakukan MIT Nurul Falah sejak setahun lalu membuahkan hasil. Cici memaparkan, hasil raport pendidikan sekolah itu untuk literasi meningkat dari 88,89 persen pada 2024 menjadi 90 persen pada tahun 2025.

‘’Sedangkan capaian numerasi naik dari 50 persen pada tahun 2024 menjadi 80 persen pada tahun 2025,’’ tuturnya.

Kepala sekolah SDN 234 Maluku Tengah, Rugaya Ipaenin menghadirkan Bengkel Literasi untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Siswa di SD menurutnya mempunyai tingkat kemampuan membaca yang berbeda.

‘’Ada yang baru mengenal beberapa huruf, ada yang baru bisa mengeja suku kata, ada yang sudah bisa membaca tapi belum lancar. Dengan pendampingan di Bengkel Literasi kita harapkan semua murid bisa lancar membaca,’’ tutur Rugaya.

Model pembelajan yang inovatif dan Bengkel Literasi di SDN 234 Maluku Tengah juga membuahkan hasil. “Capaian literasi di sekolah kami meningkat dari 56,67 persen pada 2024 menjadi 80 persen pada 2025,” aku Rugaya.

Sitti Syairah Tuatoy dan Rugaya Ipaenind mengaku capaian positif raport sekolahnya juga berkat dukungan pemerintah daerah dan Program INOVASI untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). Provincial Manager INOVASI Maluku, Mus Mualim mengatakan pihaknya membantu meningkatkan kualitas pendidikan dasar, terutama dalam bidang literasi, numerasi, dan pendidikan karakter. Program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia ini sudah berjalan sejak tahun 2016.

‘’Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, meningkatkan kapasitas guru, dan dukungan kebijakan pendidikan,‘’ papar Mus.

Mus mengungkapkan, Kabupaten Maluku Tengah berhasil mengintegrasikan dukungan ekosistem pendidikan ke dalam perencanaan pembangunan. Nilai Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM)untuk komponen mutu minimal layanan dasar di kabupaten ini naik dari 679,45 pada tahun 2023 menjadi 689,46 pada tahun 2024.

‘’Peningkatan ini terlihat dari hasil asesmen siswa SD, di mana nilai literasi naik dari 43,51 menjadi 47,13 poin, dan numerasi dari 33,03 menjadi 44,28 poin dalam tiga tahun terakhir,’’ paparnya.

Siswa-siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di Madrasah IslamTerpadu (MIT) Nurul Falah, Masohi, Maluku Tengah, Maluku, Rabu (29/10/2025). Foto : subroto

Kepala Dinas Pendidikan Maluku Tengah Husein Mukadar mengatakan sebagian siswa-siswa SD di Malukui Tengah kini bisa menikmati pendidikan berkelas yang setara dengan siswa di tempat lainnya.

“Harapan kami, semua anak di Maluku Tengah bisa menikmati pendidikan yang berkualitas, setara, dan berkelanjutan. Itulah arah yang sedang kami perjuangkan bersama,” kata Husen.

Bupati Maluku Tengah Zulkarnain Awat Amir mengatakan pihaknya mendorong transformasi pembelajaran di derahnya. Transformasi ini menurutnya bertujuan meningkatkan keterampilan literasi, numerasi, dan karakter siswa.

‘’Kami menghadapi tantangan dengan 95,8 persen wilayah berupa laut, pulau-pulau, dan pengunungan menyebabkan distribusi guru belum merata, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Belum lagi kualitas pembelajaran masih rendah, pelatihan guru terbatas, dan akses internet sangat minim,’’ papar Zukarnain.

Untuk meningkatkan kapasitas guru, Bupati sudah mengeluarkan Instruksi Bupati Nomor 420/04/INS/2025 yang mewajibkan pelatihan mingguan di Kelompok Kerja Guru (KKG). Guru kini mempunyai waktu satu hari dalam seminggu untuk belajar dan meningkatkan kapasitasnya.

‘’Hasilnya mulai terlihat. Guru kini lebih kreatif, kelas lebih hidup, dan metode pembelajaran semakin beragam,’’ jelasnya.

Zulkarnain mengatakan ingin anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan dan menjadi kreatif. Saat ini sebagian anak-anak di Maluku Tengah sudah bisa menikmati kualitas pendidikan yang lebih baik.

“Walaupun tantangan geografis besar, anak-anak kita di mana pun berada harus mendapatkan pendidikan yang sama baiknya,” tegasnya.(*)

Berita Terkait

Image

Kerukunan Bangsa Dimulai dari Literasi Qurani dan Pendidikan Karakter

Image

Mendikdasmen Ajak Nasyiatul Aisyiyah Bersinergi Bangun Pendidikan Bermutu

Image

Penting Integrasi Masjid dan Pendidikan untuk Penguatan Karakter

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image