Tangkal Berita Hoaks dengan Metode 'ESCAPE'
![Penyebaran disinformasi dan berita hoaks kian masif karena kini banyak orang dapat mengakses internet. Metode ESCAPE bisa dipakai untuk menghindari dan menangkal berita hoaks. Foto : Republika](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/jokd7t9zmh.jpg)
Kampus—Berita hoaks atau berita bohong makin mudah menyebar di era digital ini. Agar tak termakan hoaks kita bisa menangkalnya dengan metode ESCAPE.
“Penyebaran disinformasi dan berita hoaks kian masif karena kini banyak orang dapat mengakses internet yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan berbagai jenis berita dan konten, bahkan memungkinkan setiap orang untuk membuat konten sendiri,” papar Laura Stone dari American Corner UPT Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam webinar “How to Counter Fake News and Disinformation” beberapa waktu lalu.
Seperti dikutip dari laman itb.ac.id, Laura mengatakan, berita hoaks merupakan berita yang memuat informasi yang tidak benar, mengandung kebohongan, serta tak dapat diverifikasi. Berita hoaks dan disinformasi seringkali diproduksi dan disebarkan untuk mempengaruhi orang lain.
Laura memaparkan metode ESCAPE bisa dipakai untuk menghindari dan menangkal berita hoaks. ESCAPE merupakan akronim. E merupakan singkatan dari Evidence (bukti), S untuk Source (Sumber), C untuk Context (Konteks), A untuk Audience (Audiens), P untuk Purpose (Tujuan), dan E untuk Execution (Eksekusi).
Laura Stone menjabarkan satu persatu metode tersebut untuk membantu menangkal berita hoaks. Pertama, kita harus mencari kebenaran atau bukti (Evidence) dari tulisan yang kita baca. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari apa yang disampaikan berita tersebut lagi di Internet melalui laman lain yang lebih kredibel.
Kedua, kita harus mengetahui sumber dari berita ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan orang yang menyebarkan berita ini kepada kita.
Selanjutnya, kita juga harus mengetahui konteks dari berita yang kita baca. “Terkadang, judul dari sebuah tulisan dapat menjadi bias karena mengandung “clickbait” Maka dari itu, membaca berita dengan lengkap untuk memahami konteks dari berita tersebut,” jelasnya.
Dalam berita tersebut, kita juga dapat mengetahui siapa audiens yang dituju oleh sang penulis. Selain itu, kita juga harus mengetahui tujuan dari berita tersebut untuk mengetahui kebenaran berita tersebut. Terkadang berita yang berisi tujuan untuk melakukan provokasi dapat berpotensi menjadi berita hoaks.
Terakhir, terkait eksekusi. Eksekusi memiliki makna cara penulisan dan pembuatan berita yang ditampilkan. Kualitas tulisan, kerapihan tata bahasa, dan gambar yang tertera pada berita yang kurang baik dapat mengindikasikan bahwa berita tersebut adalah hoaks.
Untuk menerapkan berbagai prinsip tersebut, Laura juga berbagi beberapa langkah iuntuk menangkal berita hoaks. “Pertama, jangan hanya membaca judul dari berita. Membaca berita secara keseluruhan membantu kita untuk mengetahui isi dan konteks berita dengan jelas. Kemudian, bacalah berita dari sumber yang terpercaya,” paparnya.
Laura juga menyarankan menggunakan laman factcheck.org dan hoaxy untuk memeriksa kebenaran berita.
Baca juga :
Ini Tips Menghindari Berita Hoax
Kisah Dosen Indonesia Karantina Covid-19 di AS (Bag 1) Mau ke Jakarta Terdampar di New York
Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Kunjungi Museum Virtual Seperti Nyata, Ini Linknya
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/b3cc124923578ed08ba3c800aed31059.jpg)