News

Prof Pramaditya Wicaksono Jadi Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun

Prof Pramaditya Wicaksono, SSi, MSc dikukuhkan menjadi Guru Besar UGM di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa (13/02/2024). Foto :ugm

Kampus—Prof Pramaditya Wicaksono, SSi, MSc menjadi guru besar termuda UGM. Dia menjadi guru besar di usia 35 tahun 11 bulan.

Pramaditya yang lahir di Semarang, 6 Juli 1987 dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa (13/02/2024). Dia memecahkan rekor guru besar termuda sebelumnya yang dipegang Prof Agung Endro Nugroho yang meraih jabatan Guru Besar di usia 36 tahun 9 bulan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Cek Kuota Mahasiswa Baru UGM Tahun 2024, Prodi Paling Diminati, dan Jadwal Seleksi

Metode ini menjadi solusi paling efektif dan efisien dalam melakukan pemetaan dan pemantauan untuk memahami secara komperehensif kondisi spasial dan temporal ekosistem padang lamun.

Dia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi padang lamun mencapai 1.847341 hektare, tetapi hanya 294.464 hektare yang telah terverifikasi. Padang lamun ini memiliki beragam fungsi ekonomis dan ekologis serta berdampak krusial dalam menjalankan konsep ekonomi biru.

Padang lamun menurut Prama juga berperan sebagai penyimpan karbon (carbon sink) dengan kapasitas tinggi dalam menyerap karbon jangka panjang melalui penimbunan karbon yang sangat efektif yakni lebih dari 10 kali lipat lebih efisien dibandingkan dengan ekosistem di daratan.

Baca Juga: Ikut Pendaftaran KIP Kuliah 2024 ? Cek Syarat, Prioritas, dan Jadwalnya

“Meskipun hanya menempati 0,1% dari luas laut, padang lamun mampu menampung sekitar 18% dari total karbon yang terserap oleh lautan di bumi,”terangnya seperti dilansir laman UGM.

Perlindungan dan pengelolaan ekosistem padang lamun yang berkelanjutan menjadi salah satu kunci kesuksesan implementasi konsep blue economy dan berperan dalam mendukung pencapaian sejumlah target global SDGs. Meski memiliki peran vital, padang lamun menjadi salah satu ekosistem pesisir yang minim mendapat perlindungan.

Baca Juga: Begini Cara Deteksi Dini Anak Autisme Menurut Dosen UI

Data UNEP, 20220 mencatat sejak tahun 1980, kerusakan padang lamun global mencapai 58%, dengan luasan yang hilang setara dengan lapangan sepak bola setiap 30 menit. Oleh karena itu, data dan informasi terkait ekosistem padang lamun menjadi krusial, terutama dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

“Dalam upaya mengelola padang lamun serta memaksimalkan perannya sebagai nature-based solutions dalam proses adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim, langkah awal yang krusial adalah memahami pola sebaran spasial dan temporal dari padang lamun. Penggunaan teknologi penginderaan jauh telah terbukti sebagai metode paling efektif dan efisien dalam pencapaian langkah ini,” jelasnya.

Baca Juga: 12 Kampus di Jawa Barat yang Masuk Top 100 Universitas Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2024

Prama menyelesaikan pendidikan S1 program studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi UGM pada tahun 2008 dengan masa studi 3 tahun 11 bulan. Pendidikan S2 ditempuh di Geografi/MPPDAS Fakultas Geografi UGM tahun 2008-2010 dengan memanfaatkan Beasiswa Unggulan Dikti.

Dia berhasil menyelesaikan pendidikan S3 Geografi/Penginderaan Jauh, Joint Program Fakultas Geografi UGM dan ITT TH Koeln, Jerman di tahun 2015 dengan beasiswa program CNRD (Centers for Natural Resources and Development) melalui pendanaan dari DAAD Jerman. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : [email protected].

kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika