Serba Serbi

Begini Penanganan Post Trauma pada Korban Kanjuruhan Menurut Pakar Unair

Korban yang berada di Stadion Kanjuruhan, Malang dapat mengalami trauma setelah kejadian atau Post Trauma Stress Disorder (PTSD). Foto : EPA-EFE  
Korban yang berada di Stadion Kanjuruhan, Malang dapat mengalami trauma setelah kejadian atau Post Trauma Stress Disorder (PTSD). Foto : EPA-EFE

Kampus—Tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, selain banyak menyebabkan suporter sepak bola meninggal, juga menyisakan duka yang mendalam. Banyak yang kehilangan orang yang tersayang dan mengalami trauma setelah kejadian atau Post Trauma Stress Disorder (PTSD).

Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana SPsi MSc menekankan bahwa tidak semua korban yang berada di lokasi kejadian mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD). Meskipun korban melihat kejadian tersebut secara langsung hingga kehilangan orang terdekatnya, belum tentu mengalami PSTD.

PTSD jelasnya, merupakan gangguan stress pasca trauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan dan adanya ancaman. PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah pasca peristiwa itu terjadi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Pada fase satu bulan memasuki fase gangguan stress akut, kemudian fase 2-3 bulan memasuki gangguan penyesuaian, dan memasuki fase enam bulan jika gejala yang dialami semakin parah baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan Post Trauma Stress Disorder (PTSD),” jelas Atika seperti dikutip dari laman unair.ac.id.

Hal yang dirasakan oleh orang yang mengalami PTSD papar Atika, yaitu menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi dan cenderung merasa tidak mampu menangani tekanan yang dialami. Bahkan kondisi seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu dengan hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis yang pernah ia alami.

“Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger,” jelasnya.

Perubahan emosi juga dialami oleh orang yang mengalami PTSD kata Atika, cenderung murung,menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness. Jika hal tersebut dialami, maka orang tersebut membutuhkan psikofarmakologi atau penanganan secara medis.

Peran orang sekitar, lanjutnya, sangat diperlukan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga. “Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri serta it’s okay to asking help,” imbaunya.

Baca juga :

Ini Saran Pakar UI Agar Tragedi Kanjuruhan tak Terulang

Guru Besar Unesa : Tragedi Kanjuruhan Bencana Antropogenik, Harusnya Bisa Dicegah

Gas Air Mata Punya Kemampuan Melumpuhkan Manusia, Ini Penjelasan Pakar Unair

Redam Potensi Crowd Behavior untuk Cegah Tragedi Kanjuruhan Terulang, Ini Saran Pakar Unpad

Unhas Tambah Dua Guru Besar Baru

Ikuti informasi penting dari kampus.republika.co.id. Silakan memberi masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.