Opini

Mahasiswa, Teknologi dan Potensi yang Terasah karena Pandemi

Pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pendidikan secara general dan juga sistem belajar mahasiswa. Foto : Republika
Pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pendidikan secara general dan juga sistem belajar mahasiswa. Foto : Republika

Oleh : Zahra Salsabiila

Mahasiswa KPI Universitas Ibn Khaldun Bogor

Pandemi Covid-19 mengharuskan mahasiswa untuk menjalankan kegiatan perkuliahan secara daring. Hal ini juga menuntut mahasiswa untuk mengerti teknologi dan penggunaannya untuk menunjang kegiatan perkuliahan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mewabahnya virus Covid-19 mengharuskan manusia untuk membatasi kegiatannya guna meminimalisir penularan virus ini. Berbagai kegiatan yang semestinya dilaksanakan secara normal di tempat yang seharusnya, berubah menjadi kegiatan yang dilakukan dari rumah. Hal-hal yang tadinya bersifat konvensional perlahan mau tidak mau berubah menjadi berbasis teknologi modern.

Data UNESCO menyatakan per tanggal 24 Januari 2022 secara global pelajar yang terdampak pandemi Covid-19 totalnya mencapai 54.037.980 atau 3.4 persen dari total peserta didik atau pelajar yang terdaftar. Sebenarnya hal ini sudah jauh menurun dibandingkan pada awal pandemi dimana total pelajar di seluruh dunia yang terdampak mencapai 1,291,004,434 atau sebanyak 81.8 persen dari total peserta didik atau pelajar yang terdaftar.

Dilansir dari Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemdikbud, semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan terbaiknya dalam menjaga kelanggengan layanan pendidkan. Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yang harus segera dicarikan solusinya. Pertama, ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah. Kedua, keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran. Ketiga, keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota. Keempat, relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.

Dari data di atas secara jelas terlihat bahwa pandemi Covid-19 ini sangat berdampak kepada kegiatan pendidikan, tidak hanya Indonesia tetapi seluruh dunia. Sehingga tidak hanya mahasiswa atau pelajar Indonesia saja yang terdampak modernisasi dalam hal teknologi pendidikan, tetapi seluruh pelajar atau mahasiswa di seluruh penjuru dunia.

Indonesia sebagai negara berkembang, sebelum adanya pandemi Covid-19 kegiatan pendidikan masih dalam tahap menyesuaikan untuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi terbarukan. Hal ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari belum adanya fasilitas atau gadget yang mendukung juga belum terasahnya potensi peserta didik untuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi modern.

Pandemi Covid-19, mau tidak mau membuat kegiatan pendidikan ditunjang oleh teknologi modern terkini agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Seperti halnya aplikasi-aplikasi meeting online, tugas-tugas yang tadinya dikumpulkan dengan bentuk hardcopy kini dikumpulkan dalam bentuk softcopy. Berbagai hal lain juga yang dilakukan dengan memanfaatkan gadget dan teknologi yang kita miliki.

Hal ini mengajarkan, memaksa dan membiasakan diri sebagai mahasiswa untuk menjalankan dan menggunakan gadget secara maksimal sebagai teknologi yang tersedia saat ini. Meski di saat yang bersamaan hal ini juga banyak menimbulkan masalah baru dalam kegiatan belajar mengajar secara daring. Tanpa mengesampingkan dampak negatif sistem pembelajaran saat ini, ternyata hal ini juga memberikan dampak positif bagi mahasiswa.

Sistem pembelajaran berbasis online membuat mahasiswa terlatih menggunakan gadget dalam melaksanakan pembelajaran ataupun membuat dan mengolah tugas. Secara sekilas hal ini memang tampak hal yang biasa saja, tetapi apabila ditelaah justeru telah membuat mahasiswa terbiasa untuk menggunakan aplikasi-aplikasi atau software yang terbilang akan bermanfaat setelah kehidupan perkuliahan. Selanjutnya tidak jarang mahasiswa yang sebelumnya masih gagap terhadap teknologi, karena keadaan pandemi yang memaksa, akhirnya mau tidak mau menjadi terbiasa untuk mengoperasikannya.

Manfaat yang didapatkan tidak berhenti disitu saja. Dengan memaksimalkan gadget yang ada juga didukung dengan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki di tengah adanya hambatan-hambatan teknis dalam prakteknya akan mengasah kemampuan analisis untuk menyelesaikan problem yang terjadi. Hal ini secara tidak langsung telah melatih dan meningkatkan kemampuan bernalar atau berpikir kritis mahasiswa. Salah satu indikatornya daya tangkap mahasiswa untuk beradaptasi dengan teknologi pembelajaran.

Kemampuan untuk beradaptasi dan juga berpikir kritis dalam pengunaan teknologi online sebagai dampak pandemi Covid-19 menjadi nilai positif tersendiri. Hal ini memicu dan membiasakan mahasiswa untuk berpikir adaptif, inovatif dan kreatif dalam menghadapi masalah tertentu.

Pemaparan-pemaparan di atas memperlihatkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pendidikan secara general dan juga sistem belajar mahasiswa. Dengan tingginya potensi dan peranan teknologi online dalam dunia pendidikan saat, hal ini menjadi kewajiban bagi kita semua khususnya sebagai civitas akademika untuk menelaah, meneliti dan menggunakan secara maksimal dari potensi yang ada.