Kolaborasi Unand, BNPB, dan Bappenas Perkuat Riset dan Pendidikan Bencana

Kampus— Di tengah meningkatnya urgensi mitigasi bencana megathrust di wilayah Sumatera, Universitas Andalas (Unand) menjadi tuan rumah serangkaian kegiatan kolaboratif strategis bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), program SIAP-SIAGA, dan Kementerian PPN/Bappenas. Selama dua hari, berbagai aktivitas intensif dilaksanakan, mulai dari dialog kebijakan, monitoring riset, hingga kuliah umum berskala nasional yang mempertemukan para pemangku kepentingan kunci dalam ekosistem kebencanaan Indonesia.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut konkret dari Nota Kesepahaman antara BNPB dan Unand yang telah diteken sebelumnya. Fokus utama kolaborasi ini adalah penguatan kapasitas riset berbasis risiko serta peningkatan kualitas dan kegiatan International Conference on Disaster Management and Mitigation (ICDMM) yang secara konsisten diselenggarakan oleh Unand sebagai platform diplomasi ilmiah dan pertukaran pengetahuan kebencanaan.
Dalam pembukaan kegiatan, hadir beberapa tokoh penting yang turut serta antara lain Senior Advisor BNPB Dr Dody Ruswandi, Perencana Ahli Pertama Bappenas Triando Ersandi, National Program Lead—Konsultan DFAT Australia Dr T Safriza Sofyan, dan Senior Advisor -Konsultan DFAT Australia Said Faisal. Rombongan ini disambut oleh pimpinan Universitas Andalas serta jajaran pengelola Program Studi Magister Manajemen Bencana (MMB), Sekolah Pascasarjana Unand.
Agenda hari pertama diawali dengan dialog terbuka dan evaluasi kerja sama riset, dengan sorotan khusus pada isu potensi megathrust. Dalam sesi ini, peserta mendiskusikan tantangan integrasi hasil riset akademik ke dalam kebijakan publik dan strategi pengurangan risiko bencana. Dody Ruswandi menegaskan bahwa Sumatera tidak hanya menjadi zona rawan secara geologis, tetapi juga memiliki peran strategis dalam pengembangan pengetahuan kebencanaan secara nasional. “Kita perlu memastikan bahwa riset-riset yang dihasilkan tidak berhenti di laboratorium atau jurnal ilmiah, tetapi diterjemahkan menjadi kebijakan dan aksi konkret,” ujarnya.
Puncak kegiatan berlangsung pada 22 April 2025 dalam bentuk Kuliah Umum yang mengusung tema “Kesiapsiagaan Bencana: Pembelajaran, Kebijakan, dan Implementasi.” Acara ini diselenggarakan secara hybrid, memungkinkan partisipasi luas dari berbagai daerah. Direktur Sekolah Pascasarjana Unand, Prof Henny Lucida, membuka kuliah dengan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun sistem ketangguhan bencana yang berkelanjutan dan mengajak para mahasiswa untuk menjadikan isu kebencanaan sebagai medan belajar yang aplikatif dan transformatif.
Kuliah umum yang dimoderatori oleh Prof Yenny Narny menghadirkan empat narasumber dengan rekam jejak kuat di bidang kebencanaan. Dody Ruswandi membawakan materi mengenai arah kebijakan penanggulangan bencana nasional. Said Faisal Baabud menyampaikan refleksi kritis atas proses rehabilitate dan rekonstruksi Aceh-Nias pasca-tsunami 26 Desember 2004. T Safriza Sofyan berbagi praktik baik dari pengelolaan Multi Donor Fund sebagai kerangka efektif dalam kemitraan rekonstruksi. Sesi terakhir ditutup oleh Prof Bambang Istijono, yang mengulas pembelajaran dari Gempa Sumatera Barat 2009 dan strategi pemulihan berbasis masyarakat.
Diskusi berjalan interaktif, baik secara luring maupun daring, dengan antusiasme tinggi dari peserta yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti, dan praktisi. Topik-topik penting seperti teknologi deteksi dini, kebijakan pembangunan berbasis risiko, dan inovasi sosial dalam respon bencana menjadi bahan perdebatan yang konstruktif.
Melalui kegiatan ini, Universitas Andalas tidak hanya memperkuat identitasnya sebagai pusat unggulan pendidikan dan riset kebencanaan, tetapi juga menunjukkan kemampuannya dalam memainkan peran strategis sebagai knowledge hub regional. Kolaborasi ini membuktikan bahwa penyelesaian persoalan kebencanaan membutuhkan pendekatan lintas sektor dan multidisiplin, serta investasi jangka panjang dalam penguatan kapasitas lokal.
Ke depan, kerja sama ini diharapkan mampu menghasilkan kebijakan yang berpihak pada keselamatan publik, riset yang relevan dan berdampak, serta generasi profesional yang mampu menjawab tantangan kebencanaan masa depan dengan cara yang inklusif, ilmiah, dan berkeadilan. (*)
