Sekolah

Menjadi 'Ibu Guru', Antara Pekerjaan dan Keluarga

Guru adalah salah satu pekerjaan mulia. Pekerjaan ini menuntut tanggung jawab yang tinggi karena berhadapan langsung dengan anak sebagai subjek dan objek pekerjaan. Foto : Republika
Guru adalah salah satu pekerjaan mulia. Pekerjaan ini menuntut tanggung jawab yang tinggi karena berhadapan langsung dengan anak sebagai subjek dan objek pekerjaan. Foto : Republika

Diannita Ayu Kurniasih

Kepala Sekolah SDN 1 Kebumen Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi untuk semua orang. Pendidikan seorang anak berawal dari sebuah keluarga tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi seorang anak. Seorang anak akan melihat sebuah kehidupan yang berawal dari sebuah keluarga.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Keluarga memang bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan seorang anak.Tetapi, dari keluarga lah karakter awal anak akan terbentuk. Sebuah keluarga yang baik akan memberikan contoh yang baik pula bagi seorang anak.

Hal ini sesuai dengan teori perkembangan anak, bahwa anak adalah seorang peniru yang ulung, bukan seorang pelaksana perintah. Orangtua dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya melalui pemberian contoh yang baik, bukan dengan memberikan nasihat dan perintah saja. Sesekali, anak dikenalkan pada contoh yang tidak baik, agar dapat menghindarinya, meskipun contoh yang tidak baik tersebut tidak diperlihatkan lewat perilaku orangtua.

Beberapa masalah yang ditemui di sekolah mengenai perilaku dan tingkat keberhasilan pendidikan seorang peserta didik, faktor penyebab utamanya adalah dari lingkungan keluarga. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis dan demokratis, dapat menerapkan nilai-nilai positif dalam pergaulan mereka di sekolah.

Hal itu bertolak belakang dengan peserta didik yang memunyai latar belakang keluarga yang kurang harmonis dan demokratis. Peserta didik dengan kondisi seperti ini cenderung kurang mendapatkan perhatian dari keluarga sehingga mereka mencari perhatian di luar keluarga, entah itu di sekolah ataupun di masyarakat.

Perhatian yang mereka butuhkan terkadang melalui hal positif, tetapi tidak sedikit dari mereka mencari perhatian dengan cara-cara negatif. Hal ini akan berdampak pada perilaku dan hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti. Peserta didik yang pada dasarnya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, belum tentu akan memeroleh hasil yang memuaskan dalam kegiatan pendidikan yang mereka ikuti.

Keluarga yang harmonis dan demokratis belum tentu selalu memberikan pengaruh positif bagi anak. Perhatian dari orangtua juga mutlak diberikan. Penyediaan waktu yang cukup untuk sekedar mendengarkan kegiatan anak-anak akan memberikan pengaruh yang besar bagi anak.

Seorang anak tidak hanya membutuhkan contoh dan nasihat yang baik dari kedua orangtua mereka,namun waktu khusus untuk anak juga akan sangat memengaruhi perkembangan mental mereka. Hal ini yang terkadang menjadikan dilema bagi seorang ibu yang juga bekerja di luar rumah. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bersama anak menjadi berkurang. Dalam hal ini, seorang ibu harus bisa menempatkan diri sebagai seorang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan, tetapi tanpa mengesampingkan kewajiban utama sebagai pendidik dalam keluarga.

Pembagian waktu yang tepat sangat diperlukan. Jangan sampai waktu yang seharusnya digunakan untuk anak-anak menjadi tersita karena pekerjaan. Bagaimanapun juga, tugas utama seorang ibu adalah menjadi pendidik terbaik untuk anak-anak mereka.

Guru adalah salah satu pekerjaan mulia. Pekerjaan ini menuntut tanggung jawab yang tinggi karena berhadapan langsung dengan anak sebagai subjek dan objek pekerjaan. Seorang guru yang baik akan berusaha untuk membentuk karakter yang baik kepada peserta didiknya.

Hasil dari lembaga pendidikan yang disebut sekolah juga ditentukan oleh keberhasilan seorang guru dalam mentransfer ilmu yang dimilikinya. Seorang guru akan dikatakan berhasil mendidik jika terdapat peningkatan positif pada peserta didik, baik itu peningkatan pembentukan karakter ataupun peningkatkan pemerolehan hasil belajar dalam ranah kognitif dan psikomotor.

Seorang ibu yang juga berprofesi sebagai guru harus bisa menjalani dua tanggung jawab yang berbeda. Seorang ‘ibu guru’ harus bisa mengantarkan peserta didik untuk mencapai cita-cita dan harapan dari orangtua yang memercayai sekolah untuk pendidikan formal anak mereka.

Namun, dalam hal ini,seorang ‘ibu guru’ juga tidak boleh menyampingkan kewajiban sebagai seorang ibu untuk anak –anak mereka. Ketika di depan peserta didik,seorang ‘ibu guru’ bisa mendidik dengan baik, maka di rumah pun seorang ‘ibu guru’ harus bisa mendidik anak-anak mereka dengan baik.

Pembagian waktu dan pemberian perhatian yang cukup harus diperhatikan. Ketika seorang ‘ibu guru’ kembali ke rumah, dia sudah harus bisa ‘berganti baju’ sebagai seorang ibu yang tidak hanya memegang sebuah kapur, tetapi harus bisa menjadi contoh sekaligus membentuk karakter anak agar anak tersebut tidak merasakan bahwa waktu yang dimiliki ibunya untuk bersama keluarga tersita karena pekerjaan ibunya.

Seorang ‘ibu guru’ juga tidak boleh mencampur adukkan permasalahan dan pekerjaan di rumah dengan di sekolah tempatnya bekerja. Segala permasalahan dan pekerjaan di rumah hendaknya dihadapi dan diselesaikan di rumah sehingga tidak mengganggu pekerjaan dan tanggung jawab terhadap peserta didik, demikian juga sebaliknya. Manajemen waktu dan pikiran harus dipahami oleh seorang ibu yang juga menjadi ‘ibu guru’.

Keberhasilan seorang ‘ibu guru’ tidak hanya dilihat dari seberapa besar peningkatan karakter dan hasil belajar yang dicapai peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.Akan tetapi, seorang ‘ibu guru’ juga harus bisa memunyai target untuk pencapaian pembentukan karakter dan peningkatan hasil pendidikan anak-anak mereka di rumah.

Seorang ‘ibu guru’ tidak dapat dikatakan sukses jika hanya bisa mengantarkan peserta didiknya mencapai kesuksesan, tetapi anaknya sendiri masih belum bisa mengalami peningkatan pendidikan. Seorang ‘ibu guru; dapat dikatakan sukses jika anak-anaknya sekaligus peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya dapat mengalami keberhasilan pendidikan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka. Untuk itu, seorang ‘ibu guru’ tidak hanya dituntut untuk memesona di hadapan peserta didik, tetapi juga harus memesona sebagai pendidik bagi anak-anak mereka di rumah.

Baca juga :

Komunikasi Antarbudaya Pada Perkawinan Campur di Amerika

Cakap Komunikasi. Kuasai Relasi, untuk Karier yang Menanti

Mahasiswa, Teknologi dan Potensi yang Terasah karena Pandemi

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Anda juga dapat berpartisipasi mengisi konten, kirimkan tulisan, foto, info grafis, dan video melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com