Psikolog : Tawuran Remaja Terkait dengan Rendahnya Kecerdasan Emosional
Kampus--Tawuran di kalangan remaja merupakan fenomena yang masih sering terjadi di Indonesia. Perkelahian antar remaja ini mencerminkan kekurangan dalam pengelolaan emosi dan konflik interpersonal.
Tingginya agresi pada remaja ternyata terkait erat dengan rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siu (2009) di Cina, tingginya perilaku depresi, cemas, stres, agresi, dan kenakalan remaja berhubungan dengan rendahnya kecerdasan emosional. Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung memiliki kemampuan emosional yang lebih bisa membantu menghadapi permasalahan sehari-hari dan cenderung tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Baca Juga: 20 Kampus Swasta Terbaik di Indonesia Versi UniRank 2024, Mana Incaranmu?
Yasinta Indrianti, SPsi, Msi, Psikolog dari Profil Talenta Indonesia, mengungkapkan tawuran antar sekolah ini juga didukung karakteristik remaja yang sedang masa pencarian jati diri, ingin rasa berkompetisi menunjukkan eksistensi tetapi terkadang tidak bisa menyalurkannya dengan tepat.
“Mengajarkan remaja untuk menghindari tawuran melibatkan pendekatan yang holistik, yang mencakup pengembangan keterampilan sosial, pengelolaan emosi, dan membangun kesadaran,” ungkapnya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1.Memberikan pengertian tentang emosi dan bagaimana mengelola emosi secara sehat.
2.Menyelenggarakan sesi pembelajaran tentang dampak negatif dari tawuran, termasuk cedera fisik, trauma psikologis, dan konsekuensi hukum.
3.Melibatkan orang tua atau masyarakat dalam pencegahan tawuran dengan menyelenggarakan sesi informasi atau lokakarya tentang cara mendukung anak-anak mereka dalam mengatasi konflik dengan cara yang sehat.
4.Menyediakan jalur komunikasi terbuka dan rahasia di sekolah untuk siswa yang ingin melaporkan atau mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan tawuran.
5.Mengikuti kegiatan positif untuk mengasah potensi diri. Mengisi waktu dengan kegiatan positif, seperti: olahraga, kesenian, sosial, keagamaan atau kegiatan lainnya.
Baca Juga: 20 Universitas Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2024, UI, Unair, ITB Memimpin
Berbagai kegiatan positif dilakukan sebagai upaya meminimalisasi tren tawuran di kalangan remaja. Kegiatan positif ini adalah untuk menyalurkan bakat dan minat remaja. Menariknya, sejumlah brand ternama menggelar beragam kegiatan positif sebagai wadh bagi remaja untuk menyalurjan energinya.
Salah satunya dilakukan oleh Yupi Gummy Candy. Sebagai perusahaan gummy terbesar di Indonesia, Yupi menggagas kegiatan-kegiatan untuk kemajuan anak dan remaja di Indonesia, antara lain kegiatan School to School yang dilakukan di ratusan sekolah dan juga ajang kompetisi Yupi Good Talent, merupakan ajang pencarian bakat untuk anak dan remaja. Di sinilah, anak-anak dan remaja Indonesia dapat menyalurkan kreativitasnya dan mengekspresikan talenta positif dalam bidang seni yakni menyanyi, menari dan lainnya seperti story telling, gymnastic dan bermain musik.
“Anak-anak dan remaja dapat menyalurkan energinya ke hal-hal yang positif dan kreativitas mereka menjadi prestasi yang bisa dibanggakan serta menginspirasi. Kami selalu menyuarakan semangat positif dan ceria,” kata Addyono H. Koloway, Promotion Manager PT Yupi Indo Jelly Gum.
Menurut Addyono, Yupi tetap konsisten memberikan wadah bagi penyaluran energi dari para siswa ke hal yang positif, melalui ajang pencarian bakat yang disebut Yupi Good Talent (YGT). Tahun 2024 ini menjadi tahun kelima YGT, dengan total peserta ribuan setiap tahunnya.(*)
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : [email protected].
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika