Serba Serbi

Epidemiolog UGM : Kendati Pandemi Berakhir, Covid-19 Tetap akan Ada

Covid-19 pada kenyataan masih tetap ada dan transmisinya masih terjadi secara global sehingga akan tetap berlangsung. Ilustrasi. Foto : pixabay
Covid-19 pada kenyataan masih tetap ada dan transmisinya masih terjadi secara global sehingga akan tetap berlangsung. Ilustrasi. Foto : pixabay

Kampus— Menurunnya kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19 membuka wacana berakhirya pandemi. Menurut epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad, PhD, banyak pihak boleh bersikap optimis soal ini meskipun kata mengakhiri dari pandemi masih harus lebih didalami lagi.

Sebelumnya Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun kemungkinan segera berakhir. Jumlah kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19 yang terus menunjukkan penurunan dinilai menjadi indikasi bahwa pandemi hampir sampai di garis finish.

Bagi Riris kata akhir dari pandemi lebih tepat diartikan sebagai pandemi Covid-19 sudah tidak lagi menjadi perhatian utama banyak pihak atau masyarakat secara luas. Covid-19 tersebut pada kenyataan masih tetap ada dan transmisinya masih terjadi secara global sehingga akan tetap berlangsung.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Tidak berarti pandemi itu berakhir kemudian Covid tidak ada sama sekali dan tidak ada penularan. Tidak seperti itu, Covid tetap ada dan masyarakat akan hidup berdampingan dengan virusnya," ujarnya di FKKMK UGM, Selasa (20/09/22) seperti dirilis ugm.ac.id.

Dia menegaskan sebagai sebuah penyakit penularannya tentu masih tetap terjadi dan akan tetap terjadi secara global. Hanya saja tingkat keparahan penyakit sudah sangat jauh berkurang. Dengan kondisi tersebut kemudian bisa dibilang pandemi sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

Pandemi sudah tidak lagi menjadi prioritas kesehatan di masyarakat. Penyakit ini tidak dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang prioritas meski masih ada.

“Saya melihat lebih di situnya. Jadi, bukan ancaman yang prioritas lagi, tetap ada penyakitnya dan masih bersirkulasi. Dari waktu ke waktu mungkin nanti juga akan ada semacam tahap-tahap yang seperti kemarin. Akan ada kenaikan kasus dan sebagainya," jelasnya.

Secara umum, Riris menyebut Omicron relatif menurun. Di saat di Eropa dan Amerika masih cukup tinggi tetapi setelah Omicron selesai efek-efeknya lebih ringan dan sebagainya. Pelonggaran-pelonggaran pun dilakukan setelah penyakit ini tidak lagi dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat.

Apalagi setelah cakupan pemberian vaksin ke masyarakat luas. Bahkan, di Eropa dan Amerika dalam beberapa kasus tidak lagi wajib memakai masker dan jaga jarak.

Kondisi sudah mengarah jika terjadi penularan maka sebagian besar penyakit yang muncul atau infeksi yang terjadi tidak akan menimbulkan kasus-kasus yang bergejala. Atau menimbulkan gejala yang cukup serius yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat.

Tanda-tanda berakhirnya pandemi menurut Riris memang semakin mendekati kenyataan. Penyakit tidak lagi menimbulkan orang sakit dan tidak membebani sistem kesehatan sehingga pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah.

“Artinya kita terinfeksi tetapi kita tidak sakit, kan tidak perlu //ngapa-ngapain tho//. Kita tetap beraktifitas, tidak harus ke rumah sakit dan seterusnya. Artinya hal-hal semacam itu tidak lagi menjadi beban rumah sakit, puskesmas, atau sistem kesehatan secara luas," terangnya.

Riris mengakui situasi saat ini jauh berbeda dengan di awal Maret 2020 saat pemerintah mendeklarasikan pandemi. Waktu itu pemerintah pun mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mengantipasi dan mengatasi pandemi.

“Saya melihatnya itu sebagai sebuah respons. Tetapi sebagai sebuah penyakit penularan masih tetap terjadi, dan akan tetap terjadi secara global hanya saja keparahan penyakitnya sudah sangat jauh berkurang sehingga kemudian kita bisa mengatakan ini tidak lagi terlalu menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat," jelasnya.

Baca juga :

Mahasiswa FK UB Ciptakan Vaksin Covid-19 Melalui Hidung, Penerima Vaksin Bisa Lebih Nyaman

Kemdikbudristek Keluarkan Aturan Baru PTM, Bagaimana Jika Ada Kasus Covid-19 ?

Merasa Insecure ? Begini Tips Menghadapinya dari Dosen Psikologi UGM

Ini Manfaat Penting Susu Menurut Pakar IPB

Tips Agar Baterai HP Awet Saat Tethering Seharian

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image