Guru Menulis

Cinta Platonik di Sekolah

Sekolah yang menyuguhkan pembelajaran dengan varian cinta akan membantu siswa dalam memerangi rasa malas belajar. Foto : republika

Cinta Platonik di Sekolah

Penulis: Titien Suprihatien

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hampir separuh waktu dihabiskan oleh guru dan siswa di sekolah. Di sana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, antara guru dengan sesama guru, dan antara siswa dengan sesama siswa. Akan banyak rasa yang muncul di setiap harinya, tetapi semestinya rasa itu adalah rasa dengan cinta platonik dengan label cinta sejati.

Sekolah adalah tempat terselenggaranya proses pendidikan, tidak hanya berlangsung kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga kegiatan kokurikuler. Secara alami ketiga kegiatan ini akan terlaksana dengan kolaboratif dan komunikatif dengan siswa sebagai senternya dan guru sebagai fasilitator.

Sebagai fasilitator guru harus bisa memfasilitasi siswa dengan merancang pembelajaran aktif yang bermakna. Pembelajaran yang didesain dengan tujuan untuk menyiapkan siswa, agar mampu menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang. Namun, tugas guru tidak hanya di ranah kognitif saja, butuh peran khusus dan mendalam. Guru harus mampu menciptakan bonding dengan anak didiknya.

Baca Juga: 10 Universitas Terbaik di Jawa Tengah Versi Webometrics 2023, UNS, Undip, dan Unsoed Teratas

Sekolah yang menyuguhkan pembelajaran dengan varian cinta akan membantu siswa dalam memerangi rasa malas dan keengganan untuk belajar. Karena cinta kasih guru akan menyentuh hati dan memotivasi siswa tersebut. Lalu, bagaimana bentuk cinta yang ada di sekolah?

Cinta yang boleh tumbuh di sekolah adalah cinta platonik, cinta sejati yang tulus, lahir dari hati untuk saling menguatkan. Cinta platonik adalah cinta yang jauh dari nafsu dan keromantisan.

Contoh cinta platonik di sekolah. Pertama, cinta guru kepada siswanya. Pembelajaran tidak akan berhasil dengan maksimal jika guru tidak mendesainnya dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang bisa memberikan rasa, dalam pembelajaran yang disajikannya di kelas. Guru harus tahu bagaimana karakteristik setiap siswa dan memiliki strategi tertuntu untuk mendampingi siswa secara individu.

Baca Juga: 10 Prodi Paling Banyak Peminat di Universitas Brawijaya, Kedokteran Terbanyak

Butuh cinta untuk melakukan semua kewajiban tersebut. Guru yang tidak mencintai profesinya tidak akan mampu menghadirkan cinta kasih dalam pembelajarannya.

Guru mencintai semua siswanya sebagai wujud dari rasa tanggungjawab agar bisa menyentuh hati mereka. Guru yang tidak memiliki cinta untuk anak didiknya bisa dipastikan ia bukanlah seorang guru, ia hanyalah mesin hidup yang bertugas untuk menyampaikan pelajaran.

Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, ada yang mampu ada yang miskin, ada yang cerdas ada yang bodoh, ada yang terampil ada lamban. Kondisi ini butuh cinta yang lahir dari kesabaran seorang guru. Tanpa kesabaran, guru sulit untuk membimbing siswanya tanpa membedakan. Inilah cinta platonik abadi dari milik seorang guru sejati.

Baca Juga: Cerpen : Saat Mendaki Gunung

Kedua, cinta siswa dengan sesama siswa. Masa-masa sekolah adalah masa paling indah bagi seorang siswa, banyak romantika yang mereka sama-sama rasakan di setiap harinya. Pada masa ini akan banyak terjalin persahabatan yang dilandasi oleh rasa saling membantu, keinginan untuk saling menguatkan dan melindungi.

Persahabatan umumnya terjadi antara siswa dengan jenis kelamin yang sama. Perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Namun, ada juga persahabatan yang membesar membentuk kelompok, ini bisa terjadi tanpa membedakan jenis kelamin. Persahabatan yang seperti ini kadang kala membuat mereka terjebak ke dalam geng.

Persahabatan yang membentuk kelompok, butuh perhatian lebih dari guru,baik guru bidang studi apalagi guru bimbingan dan konseling. Agar cinta platonik yang melandasi persahabatan mereka tidak berkembang ke arah yang salah.

Baca Juga: 20 Kampus Terbaik di Sumatera Versi Webometrics 2023, USU, Unand, dan Unsri Teratas

Ketiga, cinta kakak kelas kepada adik kelasnya. Di sekolah biasanya terbentuk level secara alami bersadarkan kelas. Kakak kelas yang merupakan senior akan berusaha manjadi figur positif di mata juniornya. Senior yang baik memiliki banyak pengagum dan ini adalah sebuah kebanggaan bagi seorang kakak kelas.

Kakak kelas yang baik tentulah akan menjadi contoh, ia akan diidolakan. Di sini peran kakak kelas dibutuhkan. Kakak kelas harus bisa bersikap adil dan membimbing adik kelasnya tanpa membeda-bedakan. Inilah cinta platonik yang harus dijaga. Cinta yang muncul karena tanggung jawab dan keinginan untuk membimbing agar bisa maju bersama meraih cita-cita.

Keempat, cinta sesama guru. Tidak hanya pada siswa, sesama guru juga kerap terjalin hubungan dengan platonik. Rasa senasib dan sepenanggungan membuat persahabatan terjalin antara sesama guru. Namun, sebagai orang dewasa guru harus bisa membangun rasa saling sayang yang sejati. Tidak untuk menjalin cinta terlarang karena hubungan antara orang dewasa beresiko pada terjadinya perselingkungan.

Baca Juga: Di Hari Ibu, UIN Jakarta Kukuhkan 16 Guru Besar Perempuan, Ini Daftarnya

Alangkah baiknya hubungan antara sesama guru terjalin secara profesional tanpa melibatkan perasaan. Guru adalah contoh bagi semua orang. Guru harus waspada dan menghindari zona-zona yang mungkin bisa membuat guru terjebak untuk melakukan kebodohan.

Semua kegiatan yang dilakukan di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Tugas guru tidak hanya mengasah otak siswa, tetapi juga mengisi kalbu dan jiwa serta melatih jari-jemari anak didiknya. Harus ada ikatan cinta yang terjalin dalam semua pembelajaran tersebut agar anak bangsa belajar dengan bahagia. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan melalui e-mail : [email protected].

Kampus Republika partner of @republikaonline
kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika
Email: [email protected]