Opini : Pengusaha
Dr Encep Saepudin, SE, MSi
Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Apa pun yang dipikirkan pengusaha selalu bermuara pada dua hal, yaitu: untung atau rugi. Sebab keduanya menjadi indikator kinerja perusahaan yang akan menjadi bahan pikiran shareholders dan stakeholders untuk menyuntikan modal, menjaga pelanggan loyal, atau hengkang.
Demi kinerja, pengusaha rela mengerahkan pikiran, tenaga, dan waktu untuk meraih untung terbaik. Lebih seringnya tanpa batasan waktu.
Disaat pegawainya merem, dia masih melek. Pegawainya bekerja selama 8 jam per hari atau 40 jam per pekan, sedangkan pengusaha rerata 13 jam per hari atau 78 jam per pekan.
Selain berkemampuan melek, juga dalam dirinya terdapat jiwa wirausaha, kepemimpinan, keberanian, kejujuran, dan tanggung jawab.
Wirausahawan belum tentu pengusaha. Tapi pengusaha sudah pasti wirausahawan.
Syarat ini berat sekali. Makanya, kagak semua orang bisa menjadi pengusaha.
Di dunia saja, hanya terdapat sekitar 594 juta pengusaha atau sekitar 7,4% dari total populasi (2023). Rasio pengusaha di Indonesia 3,35% atau masih jauh dibawah rerata dunia.
Pengusaha yang mengelola usahanya bersama keluarga sekitar 20%. Sebanyak 96% pengusaha kagak berniat untuk kembali bekerja pada orang lain. Mereka sudah asyik dengan dunia yang penuh tantangan.
Segala upayanya meraih kinerja itu belum tentu sesuai harapannya. Upss! bukan harapan, melainkan targetnya.
Harapan dan target berbeda. Harapan lebih pada keinginan, sedangkan target merupakan langkah terukur untuk mencapai tujuan (goal).
Oalah, mas dan mba pengusaha keberatan kalau dibilang hanya memikirkan untung. Iya, deh.
Arti untung dan laba berbeda. Arti untung kagak selalu uang. Untung bisa juga bahagia, manfaat, dan laba.
Sebaliknya arti laba sudah pasti uang. Simak saja laporan keuangan, yang tercatat adalah laba/rugi, bukan untung/rugi.
Alquran mendukung umatnya menjadi pengusaha. Bahkan ayat tentang pengusaha sangat jelas dan tegas pada QS Al Jumuah: (10), yang berbunyi: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di hamparan bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung."
Ayat ini mengingatkan manusia agar melaksanakan salat (Jumat) dan setelah usai dibolehkan untuk berbisnis. Tidak ada larangan berbisnis apa pun selama tidak melanggar syariah.
Wah, kamu bacanya sambil mesem-mesem.
Membayangkan menjadi pengusaha yang sedang bersandar pada jok kulit mobil mewah. Sambil sesekali tangannya memencet hape..
Iya.. haloo... Haloo... iyaa..
Entah apa yang diiyakan. Entah dengan siapa pula halonya.
Bangun, woii... Sadar! Hahaha
Dalam KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), terdapat 1.790 kode. Berarti terdapat jenis pengusaha sebanyak itu. Kadin Indonesia melaporkan bahwa masih banyak pengusaha yang belum terakomodasi dalam kode tersebut.
Tuhan menciptakan alam masih sebatas bahan baku. Ada yang terpendam di daratan. Juga ada berlimpah di lautan. Sekarang malah merambah angkasa, yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3.
Ada yang tinggal mengambilnya karena berada di hamparan. Namun lebih banyak perlu ditambang karena tersimpan dalam perut bumi.
Tuhan menciptakan otak agar makhluknya dapat menciptakan aneka barang dan jasa dari bahan baku di alam itu. Dan, otak pengusaha selalu terdepan dan yang paling banyak bekerja untuk mengubah sumber daya itu menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Terbuka lowongan sangat luas menjadi pengusaha. Berminat ? (*)
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan mengirimkan tulisan, menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com.
Baca juga :
Prabowo dan Pemberantasan Korupsi
Edmund Husserl : Fenomenologi Abuse Verbal Dalam Game Online