Serba Serbi

Mengenal Telesurgery, Operasi Jarak Jauh dengan Robot Bedah

Perkembangan telesurgery atau robot telesurgery di dunia telah mengalami kemajuan yang signifikan. Foto brin


Kampus—Dunia kedokteran kini sudah menggunakan metode robotic surgery atau operasi robotik untuk melakukan operasi terhadap pasien. Robot bedah pun kini dapat dilakukabnn dari jarak jauh yang dikenal dengan telesurgery.

Robotic surgery merupakan metode bedah atau operasi yang dilakukan dengan bantuan komputer dan lengan robot. Dilansir laman BRIN, metode Ini merupakan salah satu bentuk dari perkembangan teknologi di dunia kedokteran yang memanfaatkan tindakan presisi dan stabilitas mekanis.

Terdapat banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan operasi sistem robotik daripada metode operasi lainnya. Hal ini karena gerakan dari robot dianggap lebih stabil apabila dibandingkan dengan tangan manusia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Elektronika (PRE) melakukan penelitian terkait telesurgical system, yang merupakan teknologi jarak jauh untuk melakukan operasi bedah dengan menggunakan robot atau sistem yang dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang ahli bedah.

Baca Juga: Mahasiswa Unand Raih Tiga Penghargaan di 5th World Invention Competition and Exhibition (WICE) 2023 Malaysia

Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Elektronika BRIN, Riyanto, dalam acara Bincang Sains BRIN Kawasan Bandung Garut (Bisaan Bangga) pada Jumat (27/10/2023), menjelaskan bahwa perkembangan telesurgery atau robot telesurgery di dunia telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Riyanto menjelaskan, telesurgery mengacu pada penggunaan teknologi jarak jauh untuk melakukan operasi bedah dengan menggunakan robot atau sistem yang dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang ahli bedah. Manfaat operasi dengan bantuan robot antara lain memberi ahli bedah peningkatan presisi dan stabilitas, sehingga mengurangi risiko kesalahan manusia. Waktu pemulihan yang lebih singkat, mengurangi rasa sakit, meningkatkan kemampuan ahli bedah mengidentifikasi dan menangani struktur yang rumit.

Baca Juga: Raih IPK 3,93 dan Segudang Prestasi, Aliya Anak Buruh Pabrik Jadi Wisudawan Terbaik IAIN Kudus

“Robot juga dapat melakukan manuver yang kompleks dan memiliki jangkauan gerak yang lebih luas daripada tangan manusia serta membantu mengurangi kelelahan para ahli bedah, mengurangi kelelahan fisik selama prosedur yang panjang, dan mengurangi ketidaklancaran keterlambatan pengiriman data,” jelas Riyanto.

Pengembangan jaringan 5G menurutnya, telah memungkinkan transmisi data dalam waktu nyata dengan latensi yang sangat rendah. Hal ini merupakan faktor penting dalam kesuksesan telesurgery, karena operasi memerlukan komunikasi tanpa hambatan antara operator dan robot bedah.

Meskipun ada banyak kemajuan dalam telesurgery, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi, termasuk masalah keamanan data dan privasi, biaya implementasi teknologi, dan pelatihan tenaga medis yang memadai. Namun, perkembangan ini membuka potensi besar untuk meningkatkan akses terhadap perawatan bedah berkualitas dan menghadirkan perawatan yang lebih efisien dan efektif di seluruh dunia.

Baca Juga: 20 Universitas Terbaik di Jabodetabek Versi UniRank 2023, Mana Incaranmu ?

Riyanto menambahkan pengembangan telesurgery di Indonesia dihadapi oleh sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memungkinkan penerapan teknologi ini dengan sukses. Beberapa tantangan utama termasuk infrastruktur teknologi di beberapa daerah di Indonesia yang masih kurang berkembang, terutama di daerah pedesaan.

“Koneksi internet yang stabil dan cepat sangat penting dalam telesurgery. Pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi perlu bekerja sama untuk memperluas cakupan akses internet yang luas dan meningkatkan kualitas layanan di seluruh negeri,” ucapnya.

Baca Juga: Pendaftaran Seleksi Calon Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 3 Hingga November, Cek Ketentuan Lengkapnya

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa robot bedah dan peralatan telesurgery cenderung mahal. Ini menjadi hambatan untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan saat ini, terutama yang berada di daerah dengan anggaran terbatas.

Pelatihan tenaga medis, ahli bedah dan tim medis  menurutnya perlu dilakukan secara intensif untuk menguasai teknologi telesurgery. Pelatihan ini mungkin tidak selalu tersedia secara luas di seluruh Indonesia. Pemerintah dan institusi pendidikan medis perlu berinvestasi dalam program pelatihan telesurgery yang komprehensif.

“Pengembangan telesurgery di Indonesia memerlukan komitmen jangka panjang dan kerjasama yang kuat untuk mengatasi tantangan ini. Dengan upaya bersama, telesurgery dapat menjadi alat yang berharga untuk meningkatkan akses terhadap perawatan bedah berkualitas di seluruh negeri,” tegas Riyanto. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : [email protected]


Kampus Republika partner of @republikaonline
kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika
Email: [email protected]