Serba Serbi

Dosen UM Surabaya Usulkan Isu Stunting Dimasukkan dalam Materi Debat Capres dan Cawapres Pemilu 2024

Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia. Ilustrasi. Foto : republika

Kampus—Kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah mulai memaparkan gagasannya terkait kesehatan, salah satunya adalah isu stunting dan kesehatan ibu anak. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Dede Nasrullah mengusulkan agar isu stunting dimasukkan dalam materi debat capres dan cawapres Pemilu 2024.

Dede menyebut, permasalahan stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia. Di Indonesia, berdasarkan data Asian Development Bank, pada tahun 2022 persentase Prevalence of Stunting Among Children Under 5 Years of Age di Indonesia sebesar 31,8 persen. Jumlah tersebut, menyebabkan Indonesia berada pada urutan ke-10 di wilayah Asia Tenggara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Ini Materi Tes UTBK-SNBT 2024, Ada Tiga yang Diuji

Menurut data SSGI tahun 2023 angka stunting mengalami penurunan sebesar 21,6 % dari tahun sebelumnya 2022 sebanyak 24,4% akan tetapi penurunan ini masih belum sesuai dengan target yang akan di capai oleh pemerintah dibawah 20% bahkan target yang akan dicapai adalah sebesar 14% di tahun 2024. Selain itu juga Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54%. Artinya, sebanyak 54% angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting.

Sejak masa kampanye resmi dimulai para capres dan cawapres menurutnya mulai ada yang berbicara terkait dengan isu kesehatan. Bahkan ada capres dan cawapres yang sudah spesifik menyampaikan program berkaitan dengan penanganan stunting sehingga viral dan ditanggapi oleh para ahli tenaga kesehatan terkait program tersebut.

Baca Juga: 17 Kampus dengan Jurusan Teknik Elektronika Terbaik Versi THE WUR by Subject 2024, Ada Tiga PTS

Menurutnya, dalam menangani permasalahan stunting ini harus diketahui terlebih dahulu akar permasalahannya. Dede menyebut stunting seharusnya ditangani semenjak calon pengantin dan ketika ibu hamil , sehingga anak yang dikandungnya mendapatkan nutrisi semenjak 1.000 hari pertama kelahiran (HPK).

“Agar pencapaian penurunan stunting ini dapat menjadi lebih baik maka orientasi program tidak lagi murni eradikasi berbasis treatment tetapi fokus pada pencegahan,” papar Dede seperti dilansir laman UM Surabaya.

Dede menambahkan permasalangan stunting di Indonesia ini bukan hanya karena kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan ekonomi masyarakat. Karena itu kebutuhan nutrisi ibu hamil dan suplemen vitamin bagi ibu hamil juga penting.

Baca Juga: Kemenag Tambah 62 Guru Besar Baru Rumpun Ilmu Agama, Ini Daftarnya

“Mencegah merupakan cara yang jitu dalam menangani stunting,” jelasnya.

Selain itu juga akses pelayanan kesehatan di pelosok Indonesia menjadi sangat penting sebagai salah satu penunjang bagi ibu hamil memeriksakan anaknya.

Program yang ditawarkan oleh capres dan cawapres menurutnya seharusnya bisa memecahkan permasalahan dari hulu sampai hilir sehingga tidak hanya berfokus pada kuratif saja. Capres dan cawapres sarannya, juga harus dapat membaca dan memahami kondisi wilayah di Indonesia secara spesifik sesuai konteks dan kebutuhan di daerah- daerah yang memiliki angka stunting tinggi serta memastikan bahwa masyarakat dapat mudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Cegah Stunting dengan Konsumsi Telur Ayam Bernutrisi Berasal dari Pakan Laut

Gerakan aktif posyandu dan puskesmas merupakan langkah awal masyarakat untuk mendapatkan informasi dan pelayanan berkaitan dengan kesehatannya. Intervensi yang tajam dan tepat sasaran akan menekan angka stunting di Indonesia serta inovasi dan pemanfaatan teknologi dapat dilakukan dengan optimal untuk surveilans gizi mengingat era saat ini adalah digital,” tegas Dede. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com.


Kampus Republika partner of @republikaonline
kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika