Serba Serbi

Temuan Peneliti UI : 60 Persen dari 500 Sumber Air Tanah di Lampung dan Bekasi Tercemar Bakteri E Coli

Fakultas Tekni UI memiliki fokus dan perhatian tinggi terhadap permasalahan air tanah yang terjadi di kota-kota di Indonesia. Ilustrasi. Foto: freepik.com

Kampus—Sebanyak 60 % dari 500 sumber air tanah di Kota Metro, Lampung, dan Bekasi, Jawa Barat, telah tercemar bakteri Escherichia coli (E coli). Hasil itu merupakan penelitian Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Teknik (FT) bersama dengan Institute for Suistanable Futures (ISF), University of Technology Sydney (UTS).

Tim UI telah melakukan penelitian untuk menilai kualitas mikroba pada pada tahun 2020 hingga 2022. Dari studi ini, ditemukan bahwa 60% sumber air tanah yang diteliti tersebut telah tercemar bakteri Escherichia coli (E. coli). Ada lebih dari 500 sumber air tanah yang diteliti di kedua daerah itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Daun Gambir Bisa Turunkan Kolesterol, Ini Temuan Doktor UI

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTUI, Dr Cindy Rianti Priadi mengatakan sebanyak 36 juta orang di perkotaan menggunakan self-supply (mengadakan dan membiayai sendiri air minum dari air tanah) sebagai sumber air minum utama. Persentasenya, 80 persen menggunakan sumur gali atau bor, dan 98 rumah tangga di kota menggunakan sistem sanitasi setempat.

“Dengan adanya kondisi ini, perlu dilakukan pemeringkatan kota berdasarkan tingkat risiko patogen pada rumah tangga yang menggunakan air tanah. Dari penelitian ini, didapatkan pemetaan kota mana yang paling utama harus diperhatikan dan ditindaklanjuti,” kata Cindy seperti dilansir laman resmi UI.

Hasil penelitian ini dipaparkan oleh FTUI dan ISF UTS dalam kegiatan lokakarya yang dilaksanakan di Cikini, Jakarta, Rabu akhir Januari lalu.

Baca Juga: Tim Robotik MAN Insan Cendekia OKI Raih Medali Emas di Ajang Robotic Innovations Challenge Singapura

Dalam acara tersebut, turut hadir Direktur Riset ISF-UTS, Prof Juliet Willetts; 25 ahli di bidang sanitasi, air, dan kesehatan, serta para perwakilan dari World Health Organization (WHO), World Bank, Water.org, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bekasi, dan perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Selain memaparkan hasil penelitian, turut diselenggarakan diskusi panel dengan topik akses terhadap penyediaan air, kualitas air tanah dan air permukaan, serta kebijakan berdasarkan fakta di lapangan. Diskusi ini menghadirkan tiga panelis, yaitu Aisyah Nasution dari Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman Bappenas, Dr. Ahmad Taufiq dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dr.Sci Rachmat Fajar Lubis dari BRIN, dan Dr. Taat Setiawan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Juga: Orang Belanda di Bukittinggi : Mengubah Nagari Menjadi Kota

Aisyah Nasution mengungkapkan bahwa proyek penelitian ini dimulai tiga tahun yang lalu ketika Bappenas RI mendapat tugas untuk meninjau keterkaitan air tanah di Indonesia. “Di lapangan, sebagian besar masyarakat masih mengandalkan metode tradisional tanpa pipa untuk pemanfaatan air tanah. Air yang didapat dari self-supply masyarakat ini justru banyak yang telah tercemar saat kami teliti,” kata Aisyah.

Dari diskusi tersebut, disimpulkan bahwa transisi ke air perpipaan diperlukan guna meningkatkan kualitas air, mencegah penurunan muka air tanah, meningkatkan kesehatan dalam jangka panjang, dan mengintegrasikan distribusi air minum.

Selain itu, perlu adanya perhatian terhadap keberlanjutan air tanah sebagai cadangan, terutama saat tata ruang sering menganggap ketersediaan air sebagai aspek yang selalu ada. Tim FTUI dan ISF UTS akan melaporkan rekomendasi kebijakan tersebut kepada pemerintah supaya transisi menuju layanan air tanah yang dikelola secara aman dapat tercapai.

Baca Juga: Unand Giatkan Program Air Bersih dan Sanitasi di Kampung Adat Sijunjung

Dekan FTUI, Prof Heri Hermansyah, mengatakan kegiatan penelitian ini menunjukkan bahwa FTUI memiliki fokus dan perhatian tinggi terhadap permasalahan air tanah yang terjadi di kota-kota di Indonesia.

“Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan pengembangan peluang kolaborasi mengenai transisi penyediaan air bersih bagi rumah tangga di perkotaan antara akademisi, komunitas, dan pemerintah dapat terus berjalan sehingga keberlanjutan penyediaan air bersih di Indonesia dapat semakin inklusif,” tuturnya. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : [email protected].

kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika

Berita Terkait

Image

Kampus Terbaik di Jawa Barat Versi THE WUR 2025, UI, ITB, IPB Teratas

Image

10 PTN Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2025, Mana Incaranmu ?

Image

10 Universitas Terbaik di Asia Tenggara Versi QS WUR 2025, Ada dari Indonesia ?