Opini

Opini : Sepakbola, Bukan Sekadar Olahraga

Sepakbola adalah hiburan yang menghanyutkan. Foto : humas pssi

Dr Encep Saepudin, SE, MSi
Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Tidak berlebihan kalau sepakbola sudah seperti aliran kepercayaan tersendiri. Fanatisme pada sepaksbola dan klub melebihi kecintaannya pada diri sendiri dan lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Luapan emosi bahagia dan sedih para suporter klub menciptakan brotherhood! Bahkan kadang lepas kontrol sampai tega saling bunuh antar suporter demi 'kehormatan' klub dan negara.

Itulah kenapa sepakbola bukan sekadar olahraga. Ia juga hiburan menghanyutkan, pertaruhan tanpa batas, pertarungan adu teknik dan strategi, dan fanatisme bertaruh nyawa.

Sensasi apa yang dirasakan penggemar bola saat menonton pertandingannya selama 2 x 45 menit? Entahlah!
Gelinding sebuah bola di lapangan berukuran 100 - 110 m x 64 - 75 m diperebutkan 22 pemain dari dua klub berbeda. Yang kakinya lincah menggiringnya, melambungkannya, mengumpannya, dan menendangnya agar bola tidak boleh keluar lapangan.

Kesebelas pemain punya posisi masing-masing, yaitu kiper, bek, penyerang, dan gelandang. Dan, posisimu gelandangan, ya.

Upss.. maaf, bestie. Just a kidding. Hehehe.

Gelinding bola dalam kejaran kaki lincah bikin stadium gemuruh suara suporter. Gemuruh hasil olah lagu mars klub diiringi tabuhan drum dan lengkingan klakson gas menjadi irama harmoni. Irama yang membangkitkan semangat pemain dan sebaliknya mengintimidasi mental lawan.

Ole.... Ole.... Ole....
Ole.... Ole....

Kemampuan dan keterampilan kaki itu menjadi valuasi pemain saat musim transfer tiba. Nilai transfernya bikin edan.
Kaki Jude Bellingham menjadi termahal di dunia saat ini. Real Madrid merogoh 103 juta Euro saat mengontraknya dari Borussia Dortmund selama enam musim.

Artinya, pemain asal Inggris ini berhak mengantongi bayaran Rp.25.177.777.777 per bulan. Pegal dan ribet banget bacanya. Baca ringkasnya begini aja, 25 miliar rupiah!

FIFA dalam the Professional Football Report 2023 melaporkan terdapat 128.694 pemain profesional bergender laki-laki. Para pemain itu bermain di 3.986 klub di 135 negara.

Acara pembukaan Piala Dunia 2022 Qatar sangat istimewa. Sebab untuk pertama kalinya lantunan ayat Alquran diperdengarkan dalam sebuah event seremonial sepakbola kelas dunia.

Ghanim Al-Muftah, yang menyandang disabilitas, melantunkan ayat 13 dalam QS Al-Hujurat, artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal".

Ayatnya pas sekali. Sebab pembukaannya ditonton jutaan orang berbeda latar belakang bangsa dan budaya. Saat finalnya malah ditonton 1,5 miliar orang!

Jumlah penggemarnya sekitar 3,5 miliar orang versi World Atlas. Mungkin di antaranya kamu, ya?

Musim pertandingan sepakbola setiap negara berbeda-beda, tergantung berapa banyak musim cuaca di negeri tersebut. Adapun pertandingan bergengsi di antaranya Piala Dunia, Olimpiade, Kejuaraan Eropa, Copa America, dan Tarkam.

You know tarkam? Kagak tahu? Beneran? Wah, kamu kelamaan duduk di kursi pejabat sehingga kagak tahu lagi denyut nadi rakyat jelata.

Tarkam adalah liga sepakbola bergengsi antar kampung. Dalam liga ini juga dikenal transfer pemain.

Lapangan bolanya bukan stadium dengan sarana dan prasarana serba modern. Tapi lapangan bola milik desa, yang sekelilingnya ditutup terpal. Mau nonton harus beli karcis masuk.

Kalau mau -maaf- kencing? Bawah pohon besar merupakan sarana paling nyaman sambil berucap "permisi, numpang kencing" agar kagak kesambet.

Husshh, kagak perlu berucap begitu nanti syirik, lho. Seorang muslim cukup menghindari menghadap kiblat saat kencing atau BAB. Jangan lupa istinja.

Pertandingan sepakbola paling menyebalkan adalah sepakbola gajah. Yang main bukan gajah, tapi hanya sifatnya mirip gajah. Pemain gerak lambat. Kagak punya semangat. Kagak ada fair play dan adu ngotot.

Menurut kamu, kira-kira sepakbola gajah mirip apa dalam kehidupanmu. Monggo, berimajinasi liar.

Ole.... Ole.... Ole....
Ole.... Ole....

(*)

Berita Terkait

Image

Opini : Pengusaha

Image

Opini : Keluarga

Image

Opini : Tahun