Opini : Laut

Dr Encep Saepudin, SE, MSi
Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Memandang laut dari pasir putih pesisir pantai. Nun jauh, permukaannya beriak-riak berlatar garis cakrawala.
Kadang berombak rendah, tinggi, tinggi sekali, dan kembali turun. Begitu seterusnya.
Mampu menggoyang-goyangkan kapal pesiar seluas setara dua lapangan sepakbola. Sebanyak 4.600 penumpang turut terombang-ambing mengikuti goyangan ombak. Situasi yang normal.
Bagi yang pertama kali mengalami menumpang kapal laut bisa bikin mabuk laut. Wajahnya pucat. Berkeringat.
Pusing. Mual. Alhasil, isi perutnya dimuntahkan bercampur cairan empedunya.
Bestie pasti merasakannya. Pahit! Sepahit tinggal di rumah Ibu Pertiwi sekarang ini.
Ombak kecil bergulung-gulung menuju pantai. Menghantam bibir pantai.
Menimbulkan debur ombak bagaikan orkestra alam. Seolah-olah sedang mengiringi nyanyian camar, yang berterbangan rendah di atas permukaan laut. Berburu ikan!
Harmoni alam laut yang bisa mengembalikan vitalitas nyaris tenggelam akibat dihantam gelombang kehidupan. Yang suasananya juga menghadirkan hawa mistis bagi sebagian orang.
Pasti bestie pernah mengalami suasana tersebut. Bersyukurlah.
Begitulah aura laut yang mendatangkan kedamaian. Namun, kadang juga membawa mimpi yang mencekam.
Laut itu luas. Sekitar 361,1 juta km per segi atau setara 71% permukaan bumi berupa laut. Laut dalam, yang kedalamannya lebih dari 3.800 meter, disebut lautan atau samudra.
Laut membuat kehidupan manusia pada bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan, dan keamanan berdenyut. Manusia sangat ketergantungan sekali dengan laut, meski aktivitas dan kehidupannya di darat.
The Commonwealth, yang berbasis di Inggris, mencatat potensi ekonomi laut sekitar 1,5 triliun dolar AS per tahun. Nilai aset laut sekitar 24 triliun dolar AS.
Laut banyak menawarkan loker. Sekarang aja, sebanyak 350 juta orang bekerja dibidang perikanan. Di antaranya bekerja dalam sektor akuakultur yang menyediakan 50% kebutuhan ikan untuk konsumsi manusia.
Sekitar 80% logistik perdagangan global melalui jalur laut. Termasuk telepon genggam (HP) yang kita pergunakan ini sebagian besar dikirim dalam peti kemas yang ditumpuk pada kapal laut kontainer.
Kendaraan yang bestie tumpangi bisa melaju di jalan raya karena minum bahan bakar minyak (BBM). Dan, sebanyak 34% produksi BBM dunia itu disedot dari perut bumi di dalam laut oleh sedotan yang dipasang pada anjungan lepas pantai.
Internet yang menghubungkan manusia tanpa batas pun berkat kabel bawah laut. Yang panjangnya membentang 1,48 juta km.
Laut itu kaya. Jadi, kagak perlu sajian kepala kerbau karena bikin tersinggung penghuni laut yang kaya raya itu. Kerbaunya disembelih dan dimakan warga sekampung saja. Bikin kenyang. Bikin guyub.
Alquran mencatat kata bahr (laut) pada sebanyak 32 ayat. Ayat-ayat itu mengisahkan laut dengan ombaknya, kegelapan dalam laut, dua lautan yang tidak tercampur, sumber air tersembunyi, sumber protein hayati, perhiasan, dan sebagainya.
Sebagian kandungan laut tertuang dalam QS Al Fatir : 12 berbunyi: "Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur".
Bersyukurlah Indonesia karena memiliki laut seluas 5,9 juta km persegi, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, kawasan konservasi laut seluas 29,9 juta ha atau mencangkup 9,2% luas laut Indonesia per 2024. Konservasi ini melibatkan 21 Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK) agar terjaga kualitasnya.
Konservasi merupakan perlindungan dan pelestarian ekosistem untuk mencegah eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya laut ini. Ada ikan. Ada udang. Ada terumbu karang.
Juga ada ikan putri duyung.. ehhh... .
Apakah susu ikan berasal dari putri duyung itu? Hushh! Ini sih ikan mitologis di berbagai yang punya laut, termasuk Indonesia
Susu ikan berasal dari ekstraksi protein ikan dengan kandungan omega, vitamin A dan D, fosfor, protein, dan kalsium. Bisa buat menu makanan bergizi.
Laut itu menyimpan misteri. Jangankan yang di kedalamannya, yang di permukaannya saja masih banyak misteri yang belum terungkap.
Misteri yang menghebohkan adalah deretan bambu dekat bibir pantai sehingga disebut pagar laut. Bukan cuma di satu pantai, tapi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menemukan 169 pagar laut di sejumlah pantai di dengan panjang variasi.
Yang bikin misteri, sudah hampir sebulan masih kagak jelas pemiliknya. Malah ada komunitas nelayan yang klaim sebagai inisiatornya. Anehnya, sebagian laut yang ditancap bambu itu memiliki sertifikat hak guna bangunan (SHGB) dan sertifikat hak milik (SHM).
Biarlah! Biarkan pengadilan yang membongkar misterinya.
Kalau vonis pengadilan mengecewakan, hubungi saja Nyai Roro kidul, penguasa laut selatan, sebagai langkah hukum di luar pengadilan. Perempuan ayu nan eksotik berkebaya hijau itu pasti mau dimintai tolong. Biasanya dia minta tumbal sebagai syaratnya. Gampang, serahkan saja koruptor sebagai tumbalnya.
Setuju? (*)
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan mengirimkan tulisan, menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com.
Baca juga :
Dicari Advokat Pendekar Hukum dan Keadilan
Prabowo dan Pemberantasan Korupsi
Efek Disinhibisi Daring: Kebebasan Komentar dan Militansi Netizen Indonesia
Di Balik Gimik Politik : Strategi Citra dan Kepemimpinan di Era Digital
