Sekolah

Tekuni Riset Biologi, AlfrizaDevano Raih Beasiswa Indonesia Maju (BIM) ke University California

 

Sejak Avriza Devano Bestafa diterima di jurusan Bioengineering, University of California, San Diego (UCSD) Amerika Serikat dengan Beasiswa Indonesia Maju (BIM).Foto : puspresnas

Kampus—Ketekunan dalam penelitian biologi mengantarkan Avriza Devano Bestafa meraih Beasiswa Indonesia Maju (BIM) di jurusan Bioengineering, University of California, San Diego (UCSD) Amerika Serikat

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Alumni SMA Taruna Nusantara sejak duduk di bangku SMP Negeri 5 Yogyakarta memantapkan diri untuk menekuni dunia riset dan penelitian di bidang biologi. Berkat konsistensi dan kedisiplinannya, Avriz yang juga ini membuka jalan impiannya menjadi ilmuwan.

Lahir di Yogyakarta, 30 April 2004, Avriz sejak SMP aktif mengikuti berbagai lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR). Salah satu penelitiannya bertema pembangkit listrik dari limbah daun asam terinspirasi dari limbah daun pohon asam yang ada di sekitar sekolahnya. Konsistensi dalam riset dan penelitian pun ia lanjutkan hingga sekolah ke jenjang SMA.

“Saat SMP aku membuat baterai dari limbah daun asam. Itu kan contoh pemanfaatan biodiversitas tinggi Indonesia dan bermanfaat bagi orang banyak. Kemudian, saat SMA aku meneliti biodegradasi mikroplastik dengan mikroorganisme yang ada di perairan Yogyakarta,” kata anak sulung dari tiga bersaudara ini seperti dilansir laman Puspresnas, Kamis (05/10/2023).

Baca Juga: 30 Universitas Terbaik di Jakarta Versi UniRank 2023, Kampusmu Peringkat Berapa ?

Menurut Avriz, memilih bidang biologi juga dilatarbelakangi dengan kesukaannya pada tokoh pahlawan super yaitu, Spiderman. Di dalam film Spiderman banyak terkandung konsep bioteknologi yang membuat Avriz semakin percaya bahwa bidang yang ditekuninya tersebut mampu memberikan manfaat bagi orang banyak.

“Aku suka dengan Spiderman karena di filmnya itu konsep bioteknologinya sering banget ditampilin. Wah biologi keren banget nih apalagi digabungkan dengan teknologi modern. Dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Seperti pesan moral di filmnya, with great power comes great responsibility jadi dengan kekuatan besar kita punya tanggungjawab yang besar untuk masyarakat di sekitar kita,” ungkapnya.

Ia menceritakan, pertama kali mengetahui Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dari media sosial Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas). Saat itu ia memberanikan diri untuk mendaffar BIM Program Persiapan S1 Luar Negeri.

“Saat itu aku tahu BIM sebagai suatu kesempatan yang besar. Jadi aku daftar aja. Jujur ekspetasi dulu belum besar karena rapot, esai, dan daftar prestasiku harus melalu kurasi. Alhamdulillah aku lolos,” kata Avriz.

Baca Juga: Punya Guru Idola di Sekolah ? Ikuti Ajang Apresiasi Terima Kasih Guruku, Begini Caranya

Tak berhenti di situ, perjuangan anak dari pasangan Agtia Bestafa dan Damayanti Sari Rohmaningtyas ini berlanjut ketika ia harus menyesuaikan waktu dengan sekolahnya dalam mengikuti program pembinaan BIM yang diberikan oleh Puspresnas Kemendikbudristek.

“Prosesnya itu banyak. Ada pembinaan seperti TOEFL, IELTS, SAT/ICT, webinar, college counselling, dan ada proyek sosial yang sangat keren.

Saat itu aku harus cermat meluangkan waktu untuk mengikuti program persiapan BIM. Mungkin kalau sekolah lain waktunya fleksibel tapi di SMA Taruna Nusantara yang sangat disiplin aku harus berusaha memanfaatkan dan mencari waktu sebaik-baiknya. Waktu itu merupakan tantangan buat saya harus menyelesaikan tanggung jawab mengikuti BIM dengan konsisten dan disiplin,” tutur Avriz. 

“Di SMA aku diajarkan kedisiplinan. Jadi sudah ada jadwalnya seperti makan pagi, siang, dan malam harus bareng, ada apel pagi, siang, malam, kelas, dan olahraga sudah diatur. Aku benar-benar harus mengatur waktu,” imbuhnya.

Konsisten dan kedisiplinan Avriz membuahkan hasil. Avriz berhasil lolos ke University of California, San Diego (UCSD) di jurusan Bioengineering. Baginya saat pengumuman lolos adalah pengalaman yang tidak terlupakan. “Teman-temanku saat bersemangat ketika menunggu kabar pengumuman diterima atau tidaknya aku di universitas. Alhamdulillah, semua berteriak hore. Semua senang saat itu. Itu adalah pengalaman yang sangat berkesan,” katanya.

Baca Juga: 5 Oktober Diperingati Sebagai Hari Guru Sedunia, untuk Merayakan Apa ?

Di dalam hatinya, Avriz mempunyai harapan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang didapatkannya nanti untuk kemajuan tanah airnya Indonesia. “Harapannya aku belajar di University of California, San Diego (UCSD) bisa memperdalam ilmu yang aku tekuni. Indonesia itu potensinya besar banget karena potensi biodiversitasnya sangat tinggi. Aku ingin berperan dalam pengembangan bioengineering dan bioteknologi di Indonesia di masa depan,” harapnya.

Keberhasilan Avriz dalam meraih Beasiswa Indonesia Maju tentu tak lepas dari dukungan orang-orang terdekatnya. “Papah dan Mamah mereka selalu menelepon setiap minggu karena di asrama sekolah kan hanya boleh sabtu dan minggu. Bagiku itu adalah ikatan kalau mereka yakin aku bisa. Itu sungguh menenangkan hatiku dan membuatku fokus. Lalu, wali kelas, pembina, guru BK, dan teman-teman dari SMA Taruna Nusantara. Alhamdulillah semua berkat dukungan kalian,” sebutnya.

Baca Juga: Unair Tambah Tujuh Guru Besar Baru, Tingkatkan Riset Internasional

Prestasi yang pernah ditorehkan oleh Avriz baik di tingkat nasional dan internasional yaitu, medali emas Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI) tingkat Provinsi DI Yogyakarta tahun 2018, medali emas Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI) tingkat Provinsi DI Yogyakarta tahun 2019, dan medali emas International Conference of Young Scientist (ICYS) di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2019.

Penghargaan Khusus bidang Karya Tulis Ilmiah pada ajang PORSIMAPTAR (Pekan Olahraga Seni Mahasiswa Pelajar dan Taruna) tahun 2021, medali emas KOMPeK Business Challenge, BEM FEB Universitas Indonesia tahun 2022, dan medali emas Indonesia National Science Enterprise Challenge tahun 2022.

Baca Juga: Prakerja dan Microsoft Beri Beasiswa Pelatihan AI Gratis untuk Siswa dan Lulusan SMA/SMK

Kini, Avriz telah berjarak beratus-ratus kilometer jauh dari orang tuanya. Ia ingin kembali membawa ilmu yang akan dipelajarinya di universitas pilihannya tersebut. “Ini enggak sama dengan aku di asrama. Aku ke amerika dengan harapan lulus empat tahun itu adalah waktu yang lama bagiku dan jauh dari orang tua. Takut pasti ada tapi dari rasa takut itu harus aku kukendalikan justru jadi motivasi dengan adaptasi. Sebagai penerima BIM aku berjanji dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan Indonesia,” tegasnya. (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan melalui e-mail : [email protected]
Kampus Republika partner of @republikaonline
kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika
Email: [email protected]