Pakar UGM Ingatkan Resiko Banjir Bandang di Awal Musim Penghujan
Kampus—Pakar manajemen air UGM, Prof Agus Maryono, mengingatkan masyarakat akan risiko banjir bandang di awal musim penghujan. Langkah antisipasi secara sistematis menurutnya perlu mulai dilakukan. Salah satunya dengan menggerakkan berbagai elemen masyarakat untuk memeriksa timbunan material longsoran di sepanjang aliran sungai yang berpotensi terbawa arus deras sungai.
“Yang sering terjadi, pemicu banjir bandang adalah longsor. Kalau lokasi di mana ada sumbatan ditemukan masyarakat bisa segera digerakkan untuk membersihkan. Jika aliran lancar kembali maka risiko banjir bandang akan hilang,” kata Agus seperti dilansir laman resmi UGM.
Baca Juga: Pelajar Indonesia Raih Satu Perak dan Lima Perunggu di Olimpiade Sains Internasional di Thailand
Agus menjelaskan, sungai berukuran kecil dan menengah di daerah berbukit dengan tebing yang terjal memiliki risiko longsor dan banjir bandang yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai-sungai besar. Di samping itu, risiko banjir bandang juga lebih tinggi di sungai di mana banjir bandang pernah terjadi sebelumnya.
Menurut Agus, kegiatan susur dan periksa sungai perlu dilakukan utamanya di sungai-sungai yang melewati pemukiman atau perkampungan. Aktivitas ini dilakukan secara bergotong royong antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.
“Masyarakat diajak dan hasilnya didiskusikan dengan masyarakat agar mereka paham dan merasa memiliki sungai tersebut. Jika tidak ada banjir bandang masyarakat sejahtera dan dapat memanfaatkan sungai untuk wisata, perikanan, hingga pertanian,” paparnya.
Baca Juga: Pendaftaran Calon Anggota KPPS Dibuka Hari Ini, Segini Honornya
Menurut Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Dr M Anggri Setiawan pemerintah sebenarnya telah cukup hadir dalam mitigasi bencana hidrometeorologi dengan berbagai peraturan perundang-undangan maupun kelembagaan. “Negara kita secara sistem sebetulnya sudah baik, semua sudah ada bagiannya. Yang perlu dioptimalkan adalah aksi antisipasi, yang saat ini juga sedang digalakkan di tingkat internasional dan di tingkat nasional sedang dirumuskan pedomannya,” terangnya.
Ia menambahkan, pergantian musim menjadi momen baik untuk menambah literasi masyarakat terkait fenomena bencana hidrometeorologi yang menurutnya relatif bisa diprediksi dengan berbagai metode. Dengan sinergi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan, risiko bencana dapat diantisipasi dan dampaknya bisa diminimalkan.
Baca Juga: 20 Kampus Swasta Terbaik Versi UI GreenMetric 2023, Telkom, UII, UMY Teratas
“Bencana bisa ditangani secara pentahelix. Mari kita dorong aksi antisipasi dengan menyajikan contoh sukses untuk melengkapi manajemen bencana yang sudah ada,” tegas Anggri.(*)
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan melalui e-mail : [email protected].
Kampus Republika partner of @republikaonline
kampus.republika.co.id
Instagram: @kampusrepublika
Twitter: @kampusrepublika
Facebook: Kampus Republika
Email: [email protected]