Sekolah Pascasarjana Unand Gelar Webinar Nasional Kebencanaan dan Peluncuran Prodi Magister Manajemen Bencana
Kampus--Sekolah Pascasarjana menggelar Webinar Nasional Kebencanaan Lecture and Learning Series yang ke-27, dengan tema “Mitigasi, Tanggap Darurat, Rehabilitasi Bencana Gunung Marapi”, Kamis (06/06/2024). Acara itu sekaligus peluncuran Program Studi Magister Manajemen Bencana (MMB).
Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian para pelaku kebencanaan dalam penanganan bencana alam di Indonesia. Webinar dan peluncuran Prodi MMB dibuka oleh Rektor Universitas Andalas, Dr Efa Yonnedi.
Dalam sambutannya, rektor menyampaikan bahwa pelaksanaan webinar ini adalah salah satu bentuk edukasi kepada masyarakat, dan peluncuran Prodi MMB merupakan keharusan di tengah seringnya terjadi bencana. Ia berharap Prodi MMB dapat berkontribusi dalam meminimalisir dampak bencana dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Webinar dan peluncuran Prodi MMB yang berlangsung secara hybrid ini dihadiri oleh Sekretaris Utama BNPB Dr Rustian, Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Dr Rudy Rinaldy, dan pakar kebencanaan Unand Prof Febrin Anas Ismail. Hadir juga para pemangku kepentingan lainnya seperti akademisi, praktisi, dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Dalam pemaparannya, Rustian menyampaikan pentingnya memahami kebijakan dalam pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Ia juga mengingatkan setiap pemerintah daerah untuk memperhatikan aturan pembangunan di wilayah rawan bencana atau zona merah.
Sementara itu, Rudy Rinaldy menyoroti bahwa bencana yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Barat adalah akibat kelalaian kolektif masyarakat dan pemerintah dalam memelihara lingkungan. Penumpukan sampah di aliran sungai berkontribusi terhadap besarnya dampak banjir lahar dingin yang terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Agam dan Tanah Datar.
“Selain itu, pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang menyebabkan jatuhnya korban yang seharusnya bisa dihindari.” kata Rudy.
Baca Juga: Disrupsi dan Transformasi Jurnalisme
Berbeda dari keduanya, Febrin Anas Ismail lebih berfokus pada mitigasi bencana berbasis nagari. Ia menyampaikan perlunya menyiapkan masyarakat yang terpapar bencana untuk menghadapi ancaman seperti banjir bandang dan lahar dingin Gunung Marapi, guna menghindari kerusakan dan korban jiwa di masa depan.
“Membangun sistem evakuasi, menyiapkan komite siaga bencana, pelatihan, sosialisasi, dan simulasi berbasis nagari sangat dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan lokal dan memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik,” jelasnya.
Dalam webinar ini didapat pula dukungan dari Rustian, yang berharap Prodi MMB bisa menghasilkan lulusan yang mampu meningkatkan kompetensi SDM di bidang kebencanaan, sehingga semua pemangku kepentingan kebencanaan siap dan tangguh menghadapi bencana alam di masa depan. Hal serupa diungkapkan oleh Rudy Rinaldy yang menyatakan bahwa BPBD dan Pemda Kota Padang sangat mendukung inisiatif ini, dengan 10 calon mahasiswa dari BPBD dan Pemda yang siap mengikuti program ini.
Febrin Anas Ismail menjelaskan bahwa program ini juga akan fokus pada penelitian dan pengembangan inovasi baru dalam manajemen bencana. “Kami berharap dapat menjadi pusat unggulan dalam studi manajemen bencana dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui penelitian yang aplikatif,” ujarnya.
Baca Juga: Jalur Mandiri Nilai Rapor UB 2024 Sudah Dibuka, Cek Ketentuan dan Jadwalnya
Ketua Prodi MMB Prof Fauzan menjelaskan bahwa MMB menawarkan pendekatan interdisipliner yang memberikan perspektif holistik dalam menghadapi tantangan bencana. Program ini mengintegrasikan berbagai bidang ilmu, memungkinkan mahasiswa memahami akar permasalahan dan interaksi kompleks dalam situasi bencana. Selain pemahaman teoretis, mahasiswa juga akan mempelajari keterampilan dan pengetahuan praktis dari berbagai disiplin ilmu seperti manajemen risiko, mitigasi bencana, kearifan lokal masyarakat, perencanaan dan pengorganisasian tanggap darurat, serta analisis kebijakan.
“Metode pembelajaran yang diterapkan prodi MMB adalah Case Base Learning, yang memungkinkan mahasiswa mempelajari dan menganalisis berbagai kasus nyata terkait manajemen bencana. Dengan pendekatan ini, mahasiswa akan lebih mudah memahami kompleksitas situasi bencana dan cara mengelolanya secara efektif,” imbuhnya.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas, Dr Henny Lucida mengatakan bahwa program studi MMB ini merupakan langkah konkret dalam mendukung visi dan misi Sekolah Pascasarjana dan Unand untuk menjadi lembaga pendidikan yang mampu mencetak generasi ahli yang tidak hanya berpengetahuan luas, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan nyata dalam masyarakat.
“Dengan fokus pada penelitian dan pengembangan, kami yakin program ini akan memberikan kontribusi yang berarti bagi penanganan bencana di seluruh daerah di Indonesia,” ujarnya. (*)