Unand Luncurkan Pusat Studi Ikilm, Kerja Sama dengan KLHK
Unand mencoba menintegrasikan pendidikan, penilitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Foto : unand
Kampus—Universitas Andalas (Unand) meluncurkan Pusat Studi Perubahan Iklim di Gedung ConventionKampus Unand Limau Manis Padang, Sumatera Barat, Selasa (23/8). Ini merupakan kerjasama Unand dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Wakil Rektor I Universitas Andalas Prof Mansyurdin mengatakan kolaborasi dengan KLHK ini akan terus ditingkatkan dan saling berkoordinasi untuk berbuat sesuatu dalam menunjang pembangunan. “Begitu juga dengan peluncuran Pusat Studi Perubahan Iklim akan terus dihidupkan dengan segala aktifitasnya,” tambahnya seperti dikutip dari laman unand.ac.id.
Dengan adanya Nota Kesepahaman (M0U) dengan KLHK ini menurut Mansyurdin akan banyak hal yang bisa ditindaklanjuti baik di bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Dalam bidang pendidikan menurutnya dinamikanya sangat tinggi tidak tergantung kurikulum prodi tetapi terbuka ruang dengan berbagai pihak termasuk instansi lain baik swasta dan masyarakat.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
“Itu juga termasuk dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bisa nantinya ditindaklanjuti dengan unit dan UPT di lingkungan KLHK,” katanya.
Mansyur mengungkapkan saat ini semua mahasiswa didorong untuk mencari pengalaman di luar Prodi untuk meningkatkan kompetisi baik dalam bentuk magang, membangun desa atau Sustainable Development Goals (SDGS).
“Ini juga membuka ruang dalam penilitian, sebab banyak hutan, laut, sungai dan segala macam di Sumatera Barat dengan biota yang beranekaragam belum diekplorasi sepenuhnya,” sambungnya.
Untuk bidang pengabdian kepada masyarakat, jelas Mansyur, saat ini Universitas Andalas mencoba menintegrasikan pendidikan, penilitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Bentuknya antara lain seperti kampung tematik, dimana mahasiswa melakukan penelitian dan dosen melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Wakil Menteri LHK Alue Dohong, PhD mengatakan kolaborasi pembangunan LHK dan pelibatan perguruan tinggi merupakan bagian pentahelix untuk bersinergi dalam menghadapi perubahan iklim antara Pemerintah - Perguruan Tinggi - Dunia Swasta- Komunitas Masyarakat - Media Massa. Hal ini menurutnya juga implementasi tri dharma perguruan tinggi dimana para pakar memberikan penilaian ilmiah mengenai kondisi terkini kepada pembuat kebijakan nasional dan subnasional (lokal), serta edukasi dan pendidikan kepada generasi muda.
“Pengabdian kepada masyarakat dalam menyebarluaskan program pengendalian perubahan iklim seperti contoh Program Kampung Iklim melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN),” terangnya.
Terkait Pusat Studi Perubahan Iklim disampaikannya masih terbatasnya penelitian dan kajian mengenai perubahan iklim serta dampaknya di Indonesia. “Fenomena perubahan iklim dan dampak yang timbulkannya telah menjadi faktor penyebab berbagai kejadian bencana hidrometeorologi. Oleh karenanya, diperlukan kajian terkait Ketahanan Iklim (Climate Resilient and Climate Vulnaribility),” ungkapnya
Selain itu, Wamen Alue Dohong mengatakan para peneliti yang tergabung dalam IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) masih didominasi peneliti dari negara maju, keterwakilan Peneliti atau Pakar Indonesia dalam IPCC perlu ditingkatkan. Menurutnya, peran pakar atau peneliti akan membantu memberikan penilaian ilmiah dan pengetahuan terkini secara reguler tentang perubahan iklim kepada para pembuat kebijakan.
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com
